Nasihat-Nasihat Kecil Orang Tua Pada Anaknya Berangkat Dewasa November 29, 2012
Posted by Afra Afifah in Sang Pujangga.Tags: Taufiq Ismail
3 comments
Jika adalah yang harus kaulakukan Ialah menyampaikan Kebenaran…
Jika adalah yang tidak bisa dijual-belikan Ialah yang bernama keyakinan…
Jika adalah yang harus kautumbangkan Ialah segala pohon-pohon kezaliman…
Jika adalah orang yang harus kauagungkan Ialah hanya Rasul Tuhan…
Jika adalah kesempatan memilih mati Ialah syahid di jalan Ilahi..
April, 1965
~*Taufiq Ismail*~
Mencari Sebuah Masjid November 29, 2012
Posted by Afra Afifah in Sang Pujangga.Tags: Taufiq Ismail
2 comments
Aku diberitahu tentang sebuah masjid
yang tiang-tiangnya pepohonan di hutan
fondasinya batu karang dan pualam pilihan
atapnya menjulang tempat tersangkutnya awan
dan kubahnya tembus pandang, berkilauan
digosok topan kutub utara dan selatan
Aku rindu dan mengembara mencarinya
Aku diberitahu tentang sepenuh dindingnya yang transparan
dihiasi dengan ukiran kaligrafi Quran
dengan warna platina dan keemasan
berbentuk daun-daunan sangat beraturan
serta sarang lebah demikian geometriknya
ranting dan tunas jalin berjalin
bergaris-garis gambar putaran angin
Aku rindu dan mengembara mencarinya
Aku diberitahu tentang masjid yang menara-menaranya
menyentuh lapisan ozon
dan menyeru azan tak habis-habisnya
membuat lingkaran mengikat pinggang dunia
kemudian nadanya yang lepas-lepas
disulam malaikat menjadi renda-renda benang emas
yang memperindah ratusan juta sajadah
di setiap rumah tempatnya singgah
Aku rindu dan mengembara mencarinya
Aku diberitahu tentang sebuah masjid yang letaknya di mana
bila waktu azan lohor engkau masuk ke dalamnya
engkau berjalan sampai waktu asar
tak bisa kau capai saf pertama
sehingga bila engkau tak mau kehilangan waktu
bershalatlah di mana saja
di lantai masjid ini, yang luas luar biasa
Aku rindu dan mengembara mencarinya
Aku diberitahu tentang ruangan di sisi mihrabnya
yaitu sebuah perpustakaan tak terkata besarnya
dan orang-orang dengan tenang membaca di dalamnya
di bawah gantungan lampu-lampu kristal terbuat dari berlian
yang menyimpan cahaya matahari
kau lihat bermilyar huruf dan kata masuk beraturan
ke susunan syaraf pusat manusia dan jadi ilmu yang berguna
di sebuah pustaka yang bukunya berjuta-juta
terletak di sebelah menyebelah mihrab masjid kita
Aku rindu dan mengembara mencarinya
Aku diberitahu tentang masjid yang beranda dan ruang dalamnya
tempat orang-orang bersila bersama
dan bermusyawarah tentang dunia dengan hati terbuka
dan pendapat bisa berlainan namun tanpa pertikaian
dan kalau pun ada pertikaian bisalah itu diuraikan
dalam simpul persaudaraan yang sejati
dalam hangat sajadah yang itu juga
terbentang di sebuah masjid yang mana
Tumpas aku dalam rindu
Mengembara mencarinya
Di manakah dia gerangan letaknya ?
Pada suatu hari aku mengikuti matahari
ketika di puncak tergelincir dia sempat
lewat seperempat kuadran turun ke barat
dan terdengar merdunya azan di pegunungan
dan aku pun melayangkan pandangan
mencari masjid itu ke kiri dan ke kanan
ketika seorang tak kukenal membawa sebuah gulungan
dia berkata :
“Inilah dia masjid yang dalam pencarian tuan”
dia menunjuk ke tanah ladang itu
dan di atas lahan pertanian dia bentangkan
secarik tikar pandan
kemudian dituntunnya aku ke sebuah pancuran
airnya bening dan dingin mengalir beraturan
tanpa kata dia berwudhu duluan
aku pun di bawah air itu menampungkan tangan
ketika kuusap mukaku, kali ketiga secara perlahan
hangat air terasa, bukan dingin kiranya
demikianlah air pancuran
bercampur dengan air mataku
yang bercucuran.
Jeddah, 30 Januari 1988
~*Taufiq Ismail*~
Di Atas Batu November 29, 2012
Posted by Afra Afifah in Sang Pujangga.Tags: Sapardi Djoko Damono
3 comments
ia duduk di atas batu dan melempar-lemparkan kerikil ke tengah kali…
ia gerak-gerakkan kaki-kakinya di air sehingga memercik ke sana ke mari…
ia pandang sekeliling :
matahari yang hilang – timbul di sela goyang daun-daunan,
jalan setapak yang mendaki tebing kali,
beberapa ekor capung
— ia ingin yakin bahwa benar-benar berada di sini
Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982.
~*Sapardi Djoko Damono*~
Bunga November 4, 2012
Posted by Afra Afifah in Sang Pujangga.Tags: Sapardi Djoko Damono
1 comment so far
seuntai kuntum melati yang di ranjang itu sudah berwarna coklat
ketika tercium udara subuh dan terdengar ketukan di pintu..
tak ada sahutan..
seuntai kuntum melati itu sudah kering:
wanginya mengeras di empat penjuru
dan menjelma kristal-kristal di udara ketika terdengar ada yang memaksa membuka pintu
lalu terdengar seperti gema “hai, siapa gerangan yang telah membawa pergi jasadku?”
Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982.
~*Sapardi Djoko Damono*~
Kerendahan Hati Maret 25, 2012
Posted by Afra Afifah in Sang Pujangga.Tags: Taufiq Ismail
3 comments
Kalau engkau tak mampu jadi beringin
yang tegak di puncak bukit
jadilah belukar, tapi belukar yang baik,
yang tumbuh di tepi danau
.
Kalau kamu tak sanggup jadi belukar,
jadilah saja rumput, tetapi rumput yang
memperkuat tanggul pinggiran jalan
.
Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya
jadilah saja jalan kecil,
tetapi jalan setapak yang
membawa orang ke mata air
.
Tidaklah semua menjadi kapten
tentu harus ada awak kapalnya…
Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan tinggi
rendahnya nilai dirimu
.
Jadilah saja dirimu…
sebaik-baiknya dari dirimu sendiri
~* Taufiq Ismail*~
.
pict by: http://www.photobucket.com
Sonet 13 Maret 20, 2012
Posted by Afra Afifah in Sang Pujangga.Tags: Sapardi Djoko Damono
6 comments
Titik-titik hujan belum juga lepas
dari tubir daun itu;
ditunggunya kita lewat.
Kupandang ke atas;
sebutir jatuh di bulu matamu,
yang lain meluncur di pelipismu.
Pohon itu kembali menatapmu,
hanya selintas.
.
Diberkahinya tanganku
yang ingin sekali mengusap basah
yang mendingin di wajahmu.
Kau seperti ingin melakukan sesuatu.
Aku pun mendadak menghentikan langkah sejenak-
jangan tergesa,
agar bisa kaubaca niat titik hujan.
.
Butir-butir hujan menderas
dari sudut-sudut daun itu
tepat ketika kita lewat.
Kupandang ke atas.
Pohon itu tak lagi menatapmu.
Ada yang membasahi kerudungmu,
meluncur ke dua belah pundakmu.
Dibiarkannya kita melintas.
.
Kita pun bergegas
agar segera sampai ke ujung jalan tanpa bicara.
Tak lagi berniat menafsirkan titik hujan?
.
~*Sapardi Djoko Damono*~
Sonet 12 Maret 20, 2012
Posted by Afra Afifah in Sang Pujangga.Tags: Sapardi Djoko Damono
add a comment
Perjalanan kita selama ini ternyata tanpa tanda baca,
tak ada huruf kapital di awalnya.
Yang tak kita ingat aksara apa.
Kita tak pernah yakin apakah titik mesti ada;
tanpa tanda petik, huruf demi huruf berderet rapat-
.
dan setiap kali terlepas, kita pun segera merasa gerah lagi dihimpitnya.
Tanpa pernah bisa membaca ulang dengan cermat
harus terus kita susun kalimat demi kalimat ini-
tanpa perlu merisaukan apakah semua nanti mampat pada sebuah tanda tanya.
.
Tapi bukankah kita sudah mencari jawaban,
sudah tahu apa yang harus kita contreng jika tersedia pilihan?
Dan kemudian memulai lagi merakit alinea demi alinea, menyusun sebuah dongeng?
.
Tapi bukankah tak ada huruf kapital ketika kita bicara?
Bukankah kisah cinta memang tak memerlukan tanda baca?
.
~*Sapardi Djoko Damono*~
.
.
pict from http://www.photobucket.com
Sonet 11 Maret 20, 2012
Posted by Afra Afifah in Sang Pujangga.Tags: Sapardi Djoko Damono
add a comment
Terima kasih, kartu pos bergambar
yang kaukirim dari Yogya
sudah sampai kemarin.
.
Tapi aku tak pernah mengirim apa pun.
kau tahu itu.
Aku sedang kena macet,
Jakarta seperti dulu juga
ketika suatu sore
buru-buru kau kuantar ke stasiun.
.
Tapi aku tak sempat menulis apa pun akhir-akhir ini.
Aku suka membayangkan
kau kubonceng sepeda sepanjang Lempuyangan
berhenti di warung bakso
di seberang kampus yang sudah sepi.
Kau masih seperti dulu rupanya,
menyayangiku?
.
Bayangkan kalau kita nanti ke sana lagi!
Di kartu pos itu ada gambar jalan berkelok,
bermuara di sebuah taman tua
tempat kita suka nyasar
melukiskan hutan, sawah, kebun buah, dan taman
yang ingin kita lewati: gelas yang tak pernah penuh.
Hahaha, dasar!
.
Aku suka membayangkan
kartu pos itu memuat gambarmu,
residu dari berapa juta helaan
dan hembusan napasku dulu.
.
~*Sapardi Djoko Damono*~
.
.
pict from: here
Sonet 10 Maret 20, 2012
Posted by Afra Afifah in Sang Pujangga.Tags: Sapardi Djoko Damono
add a comment
Ada selembar kertas yang belum bertulisan.
Apakah kauharapkan aku ke mari seperti semula,
belum penuh dengan coretan?
Ada yang ingin menulis aksara demi aksara
.
dan tak tahu akan mencapai kalimat meski ada tanda seru di ujungnya.
Tidak semua memerlukan tulisan,
(Apakah aku kaubayangkan selembar kertas itu?)
meski sudah terlanjur tercatat sebelum sempat diucapkan.
.
Air menyeret catatan berkelok-kelok di sepanjang sungai bila penghujan.
Tetapi sama sekali tak terbaca
bahkan ketika sudah begitu rekah-rekah perangai kemarau.
Tinggal garis-garis yang carut-marut di dasarnya.
.
Kau mengharapkanku kembali seperti itu?
Risaukan kita ketika menyadari bahwa tulisan tak perlu, ternyata?
.
Membebaskan Hujan Juni 18, 2011
Posted by Afra Afifah in Sang Pujangga.Tags: Sapardi Djoko Damono
9 comments
ada yang ingin menjaring hujan
dengan pepatah-petitih tua
yang tak lekang meski basah-
hujan buru-buru menghapusnya
ada yang ingin mengurung hujan
dalam sebuah alinea panjang
yang tak kacau meski kuyup
hujan malah sibuk menyuntingnya
ada yang ingin membebaskan hujan
dengan telapak tangan
yang jari-jarinya bergerak gemas-
hujan pun tersirap: air mata
~*Sapardi Djoko Damono*~