jump to navigation

Kehamilan Kosong April 22, 2015

Posted by Afra Afifah in Lembar Kehidupan.
Tags:
4 comments

Banyak peristiwa yang saya alami beberapa bulan terakhir ini, yang sayang kalau dilewatkan begitu saja. Seperti di awal tahun 2015 ini, tepatnya pertengahan januari kemarin, saya lepas IUD yang dipasang setelah saya kembali haid saat Khansa berusia 9 bulan. Memang berbeda pada saat setelah melahirkan Khalid, saya langsung dapat haid kembali setelah selesai nifas. Waktu masih punya anak satu, saya dan suami tidak berminat untuk KB, tapi tetap berupaya untuk menjaga jarak umur anak, tapi ternyata Qodarullah, saat Khalid usia 6 bulan, saya sudah hamil lagi.

Berawal dari situ akhirnya setelah Khansa kami memutuskan untuk KB, untuk menjaga jarak usia anak, yang awalnya kami ingin minimal berjarak 2tahun. Karena saya ada varises, jadi saya tidak disarankan oleh dokter dan bidan untuk KB hormonal (minum pil atau suntik), jadi hanya bisa menggunakan IUD. Akhirnya mau tidak mau, pasang IUD.

Alhamdulillah, pertengahan januari lepas IUD, di bulan Februari saya langsung hamil. Saya tidak mengalami morning sickness, tapi “night sickness”, ketika malam badan sudah lemas, kepala pusing, inginnya ya langsung tidur saja, istirahat. Senang sekali rasanya, karena saya pribadi sudah ingin punya anak lagi. Karena jujur saja awalnya sempat khawatir, Allah tidak ridho kalau kami punya anak lagi. Melihat ada beberapa teman yang juga sudah punya anak dua tapi belum dikaruniai anak lagi meski mereka ingin. Semua tidak lepas dari takdir Allah.

Akhir Februari di cek di RS Mitra Keluarga untuk USG pertama kali, belum terlihat kantong hamil, meski sudah ada penebalan dinding rahim yang artinya insyaallah benar, saya positif hamil. Namun qodarullah, ketika USG kedua sekitar pertengahan Maret, dokter Sofani mengatakan kalau berdasarkan hasil USG, usia kandungan saya sudah 6 minggu, tapi kalau berdasarkan HPHT usia kandungan saya sebenarnya sudah 9minggu, jauh sekali jaraknya. Kemudian dokter mengatakan lagi bahwa ada dua kemungkinan, kemungkinan pertama, saya Blighted Ovum (Kehamilan Kosong) atau kemungkinan kedua, saya lupa HPHT-nya. Dokter bilang mudah-mudahan yang kedua. Tapi, justru saya yakin sekali HPHTnya benar, karena anak ketiga ini memang sudah saya nantikan. Tidak seperti ketika hamil Khalid dan Khansa dulu yang belum ada pengalaman, dan saya memang tidak pernah mencatat atau ingat HPHT saya. Cukup tersentak saya mendengarnya, meski berusaha tetap tenang. Setelah keluar dari ruangan dokter, saya langsung browsing mengenai BO tsb dari HP. Melihat info yang saya dapat dari internet dan foto kondisi kehamilan BO, entah mengapa saya yakin dokter benar, kalau saya BO. Sedih? tentu saja, karena ada harapan disana. Tapi ya, sedih yang biasa-biasa saja, sewajarnya saja. Karena saya tau semuanya sudah takdir Allah kalau memang benar BO.

Sepekan setelah USG kedua, tepatnya hari sabtu siang,  qodarullah saya keluar flek, tapi ini sepertinya bukan flek lagi, namun seperti darah haid, kaget sekali saya dan suami, meski jumlahnya tidak banyak, tapi jelas berwarna merah dan keluar terus. Anehnya, saya tidak sakit perut. Makanya masih bertanya-tanya. Apa yang terjadi. Karena sudah siang dan sepertinya tidak mungkin dapat antrian di RS dan karena ada hal lain, hari senin pagi akhirnya kami baru ke RS Mitra Keluarga Depok. Dalam perjalanan menuju RS, saya merasakan sudah seperti haid, ko rasanya makin banyak yang keluar. Akhirnya di USG lagi dan ya, benar saya BO. Kondisi kantong hamil sudah mengalami kerusakan. Setelah di USG kemudian dokter memberikan opsi, apakah dibersihkan dengan menggunakan obat , ataukah di kuret. Kalau menggunakan obat, pasien akan merasakan kontraksi yang kurang lebih sama seperti proses melahirkan, dan itu membutuhkan waktu 1-3 hari atau lebih, dan hasilnya belum tentu bersih 100% . Atau dikuret, yang insyaallah langsung bersih. Tanpa pikir panjang, saya dan suami memilih di kuret. Karena saya sendiri juga bingung kalau saya minum obat dan suami sedang kerja. Siapa yang akan menolong saya ketika saya kesakitan saat kontraksi, dan gimana ketika darah mengalir terus. Belum lagi hasil minum obat masih 50:50. Hari itu juga saya dikuret, suami izin tidak masuk kerja untuk mengurus dan menunggui saya di Rumah Sakit.

11049111_10206102808347439_2162513092229494626_n

Khalid yang sedang sekolah diminta suami dijemput oleh adik ipar. Sedang Khansa bersama saya dan suami di RS. Menunggu dari sebelum dzuhur, dari di cek dengan alat rekam jantung. Cek darah (sudah lama sekali saya tidak disuntik dan diambil darah) , ketika perawat mencari nadi saya saya pikir akan mudah, karena saya sendiri bisa melihat dengan jelas, tapi ternyata saya sok tau hehe. Justru pembuluh darah saya tipis sekali meski akhirnya tetap bisa diambil darah, alhamdulillah. Setelah diambil darah dan tentu saja dalam kondisi puasa, kami ke lantai dua, ruang tindakan, ruang melahirkan normal sepertinya, atau memang ruang kuret? entahlah saya kurang memperhatikan ruangan yang lantainya hijau itu.
11033869_10206102647543419_5337698478200998860_n
Dari siang sampai sekitar setengah lima sore, baru mulai dikuret. Saya dibius total, alhamdulillah tidak merasakan sakit apa-apa, hanya merasakan  sakitnya jarum yang berisi obat yang di tempelkan diatas pergelangan tangan kiri saya, sungguh tidak nyaman. Bahkan baru kali itu pula saya diberi alat rekam jantung, seperti yang biasa saya lihat di Film dan dihidung saya ditempeli selang oksigen. Ya, jujur saja, sakit itu memang tidak enak. Nikmat sehat adalah nikmat yang sering kita lupakan, padahal sangat mahal harganya.

Sekitar ba’da maghrib saya terbangun, dengan sebelumnya suami saya dan perawat mencoba membangunkan saya. Alhamdulillah sudah selesai, kata suami saya. Dan saat itu yang saya inginkan adalah makan. Ya, saya langsung puasa ketika memutuskan untuk kuret (karena sebelumnya tidak ada rencana untuk dikuret pada hari itu). Tidak berapa lama kemudian makanan khas rumah sakit datang, jangan bayangkan rasanya dengan masakan restoran. Karena saya lapar jadinya saya habiskan semuanya hehe. Kecuali ada minuman berwarna merah, sepertinya jus semangka, Tapi saya tidak minat, bayangkan kalau supnya saja hambar gimana minumannya 😀

11182315_10206102660383740_4791139459690731076_n

Saya makan sendiri karena suami sibuk mengurus administrasi rumah sakit, sampai setelah suami shalat isya dan menunggu proses administrasi selesai. Sekitar jam 8 lewat kami pulang, dengan kondisi saya yang masih lemas. Lemas sekali sampai-sampai saya terus berpegangan suami saya karena takut jatuh. Anak-anak sejak sore sudah diungsikan ke rumah kakek-neneknya. Sampai rumah sekitar pukul 9 malam. Kemudian saya mandi, sholat, dan kembali tidur. Alhamdulillah’alakullihal. Belum rejekinya :’)

11174922_10206102673904078_7574708474836307663_n