jump to navigation

Universitas Kehidupan Januari 28, 2017

Posted by Afra Afifah in Afra Punya Opini.
Tags:
1 comment so far

Dalam hidup ini, sejak lahir, manusia sejatinya adalah makhluk pembelajar.  Ilmu…semakin dicari, sampai akhirnya nanti kita menghembuskan nafas terakhir semakin kita menyadari bahwa ilmu yang kita punya hanyalah setetes air dari luasnya samudera ilmu. Menyadari bahwa begitu dalam dan luasnya samudera ilmu, serta sedikitnya waktu yang kita miliki, pada kenyatannya kita tidak akan sanggup menguasai seluruh bidang ilmu. Tidak akan bisa…tidak akan mampu..

Bukankah orang yang hebat itu dilihat dari keahliannya terhadap suatu bidang ilmu..? Mereka yang mahir dan berkompeten dalam bidang ilmu yang digelutinya.. Mereka yang fokus pada bidangnya masing-masing..bukan orang yang dengan banyak menguasai berbagai ilmu..? Karena semakin banyak ilmu yang (katanya) dikuasai..bukankah semakin menunjukkan bahwa ia tidak semahir orang yang expert dalam satu bidang yang ia geluti..?

Semua bidang ilmu..? Bisakah..? Apa hanya “mahir dipermukaan saja”? Orang yang menggeluti suatu bidang ilmu saja..dan dikatakan mahir, sejatinya ia juga belum dapat menggali semua ilmu yang selama ini ia geluti..

Begitu pula saya…Ah, apalah saya ini.. hanya manusia yang penuh dosa yang masih terseok-seok dalam memperbaiki diri dan keluarga.. Saya memang tidak berminat dalam bidang akademis untuk meneruskan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi (S2/S3). Tapi dari dulu, saya ingin sekali memperdalam ilmu agama, selain ilmu parenting, bisnis, atau keterampilan-keterampilan lain yang saya berminat didalamnya seperti berenang, memanah, berkuda. Bukankah hidup terlalu berharga untuk kita habiskan pada hal-hal yang tidak kita minati.. untuk hal-hal yang kita tidak mahir didalamnya.. untuk fokus pada kekurangan kita terus-menerus..? Bukankah sudah saatnya kita fokus saja pada kelebihan-kelebihan kita..pada hal-hal yang kita minati.. pada hal-hal yang membuat “hidup kita lebih hidup?”

Ilmu agama, adalah ilmu terpenting dalam kehidupan kita di dunia ini. Ilmu utama sebagai bekal kita untuk kehidupan selanjutnya, kehidupan kekal, di negeri akhirat nanti. Satu-satunya ilmu yang membawa banyak manfaat, bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk keluarga, orang tua, suami, anak-anak, dan masyarakat luas. Karena semua hal dalam kehidupan di dunia ini, sudah diatur dalam ilmu agama. Mendidik anak, berbakti kepada orang tua, akhlaq yang baik, adab terhadap tetangga, bahkan sampai urusan di dalam kamar mandi pun diatur dalam agama Islam.

Selagi masih diberi kesempatan hidup di dunia, mudah-mudahan saya tidak menyia-nyiakan waktu saya dengan menekuni hal-hal yang tidak bermanfaat. Sayangnya, tidak ada hal yang mudah. Tidak ada cita-cita..impian yang dicapai dengan mudah. Semua butuh perjuangan. Seperti halnya menuntut ilmu agama dengan status saya sekarang yang sudah menjadi ibu tiga anak yang masih kecil-kecil. Sebagian besar waktu saya habiskan di rumah dengan mengurus suami, anak-anak, memikirkan pendidikan mereka, bisnis, dan lain-lain… lantas bagaimana cita-cita saya itu..?

Sudah pasti saya butuh usaha lebih untuk mencapainya. Benar adanya, selagi belum menikah, belum punya anak, pergunakanlah waktumu sebaik mungkin untuk menuntut ilmu. Karena memang faktanya, dengan kondisi sekarang menuntut saya harus benar-benar bisa membagi waktu, menjaga kesehatan, juga menjaga perasaan supaya keinginan saya tercapai untuk bisa memperdalam lagi menuntut ilmu agama. Tentu saja saya perlu ridho dan izin dari suami dalam menjalankanya. Tidak hanya itu, dukungan penuh dari suami juga saya butuhkan untuk menjalankanya. Karena walau bagaimanapun dengan status saya sekarang yang sudah menjadi istri dari suami saya dan Ibu dari anak-anak saya. Kewajiban saya yang utama adalah mengurus keluarga dengan baik. Bukankah untuk puasa Sunnah saja seorang istri harus minta izin suaminya terlebih dahulu…? Kalau suami tidak mengizinkan, ya tidak bisa kita kerjakan. Tapi saya yakin, bila ada keinginan, disitu ada jalan. Mudah-mudahan saya bisa merealisasikannya, tidak hanya terbatas pada tulisan ini saja.

Saya juga menyadari bahwa selain saya harus banyak bersabar menjalaninya, step by step. Dan terutama keyakinan dan kepercayaan diri saya sendiri bahwa saya bisa menjalankannya. No excuse. Keyakinan dan kepercayaan kepada diri sendiri menurut saya hal yang paling harus saya tekankan disini. Karena ketika menyadari diri ini sudah tidak bisa sebebas dulu, pergi kesana kemari dalam menuntut ilmu. Lelah mengurus rumah, suami, anak-anak, sering kali membuat diri jadi ragu, malas, dan takut melangkah maju. Apakah saya akan berhasil..? Apakah saya bisa istiqomah dalam menjalankannya..?

tidak-ada-sesuatu-yang-langsung-mudah

Mudah-mudahan dengan banyaknya dukungan dari orang-orang tercinta, saya bisa mencapai cita-cita saya untuk memperdalam ilmu agama lagi. Allahul Musta’an.

Afra Afifah_NHW#1

Bekerja dari Rumah Desember 13, 2014

Posted by Afra Afifah in Afra Punya Opini.
Tags:
2 comments

Salah satu impian saya sejak SMA adalah bisa bekerja dari rumah. Saya kuliah bukan untuk mengejar karir yang cemerlang di perusahaan besar. Melainkan untuk menambah wawasan.. menambah teman dari berbagai kalangan.. membentuk pola pikir..dan terutama supaya bisa ikut kajian islam di kampus.

Karena pada zaman saya kuliah..kampus yang sudah rutin mengadakan kajian islam ilmiah adalah UI. Lagipula.. karena saya anak perempuan..saya tidak diizinkan kuliah jauh-jauh seperti di Bandung. Apalagi di Jogja..

Sejak SMA saya juga yakin.. selain saya memang tidak ingin berkarir..entah mengapa saya yakin yang akan jadi suami saya kelak juga tidak akan memberikan izin untuk saya bekerja di perusahaan.. kecuali menjadi pengajar alias guru.. kalau jadi guru juga maksimal guru SD kayaknya hehe. Dan? Terbukti setelah menikah 😀

Ketika kuliah saya sudah mengajar privat disana sini.. sejak mulai mencoba mencari uang sendiri itu saya banyak belajar.. bahwa nyari uang itu susah.. sampai pernah pulang mengajar dari pasar minggu setelah maghrib.. saya yang saat itu mengendarai motor menuju rumah ortu yang dulu masi di pejompongan (sekitar senayan..jkt pusat) terjebak macet yang luar biasa..plus hujan pula. Ditengah hujan dan bisingnya lalu lintas Jakarta saya berteriak kalau saya tidak mau bekerja diluar rumah.

Sejak saat itu tekad saya makin bulat..untuk tidak bekerja diluar rumah..apalagi saya sudah merasakan sendiri bagaimana beratnya ninggalin anak dari pagi sampai pukul 3sore..karena saya harus kuliah di Depok. Masuk jam 8pagi. Pulang jam 12 siang. Sampai rumah jam 2 atau jam 3sore. Saat itu yang saya rasakan ya kepikiran Khalid terus di rumah.

Karena itu pula..saya tau betul perasaan para ibu pekerja yang mesti menitipkan anak-anaknya di rumah bersama pengasuh. Berat banget..itu pasti.

Kita juga ga pernah tau kondisi masing-masing keluarga. Karena itu saya sangat bersyukur bisa tetap bekerja meski dari rumah. Serta mendapat dukungan penuh dari suami..orang tua.. dan mertua.

Dan inilah…ruang kerja saya 🙂

10406498_10205075931516160_7898923760399415684_n

Memilih Sekolah (Annash) Untuk Anak-Anak~! :) Juli 15, 2014

Posted by Afra Afifah in Afra Punya Opini, Lembar Kehidupan.
Tags:
8 comments

Khalid (4th) dan Khansa (3th) sudah lama antusias ingin sekolah, setelah melihat anak-anak tetangga yang seusianya dan diatasnya setahun, sudah pada bersekolah. Di Depok sebenarnya banyak KB dan TK, tapi akhirnya saya dan suami sebagai orangtua memilih Sekolah Annash sebagai sekolah anak-anak kami,bi’idznillah.
Saya pribadi “tau” ada sekolah Annash mungkin sejak sekolah ini baru-baru berdiri. Beberapa tahun yang lalu. Tau lewat internet. Bermula dari link ini–> http://sekolah.muslim.or.id/2-tk/an-nash.html dan ini–> https://sites.google.com/site/sekolahannash/
Awal melihat website dan melihat galeri fotonya, saya sudah sreg, melihat fasilitasnya yang bagus, insyaallah. Apalagi melihat kurikulumnya. Dulu websitenya belum seperti yang sekarang www.sekolahannash.com tapi masih berupa alamat link yang cukup panjang. Dan ternyata, teman-teman saya juga mengajar disana, yang saya tau mereka mempunyai background pendidikan yang baik. Seperti lulusan UI, UNJ Pendidikan Anak Usia Dini, dan yang setara dengan itu.
Tapi waktu itu Khalid Khansa masih kecil-kecil, setelah bertanya sana sini kepada teman-teman saya yang berkerja sebagai guru KB-TK dan guru SD, saya memutuskan untuk memasukkan anak ketika usia TK saja. Malah tadinya berpikir untuk langsung memasukkan ke SD saja 😀 . Kenapa gak memasukkan ke Kelompok Bermain/Pre-School? Salah satunya karena saran dari teman-teman bahwa umur-umur segitu masih terlalu kecil untuk “sekolah”, biarkan aja di rumah, main sama bundanya dan kakak/adiknya. Bangun ikatan yang kuat dulu. Lagi pula, masuk KB biasanya hanya 2kali dalam sepekan atau 3kali dalam sepekan.
Ketika usia Khalid sudah cukup untuk masuk TK, saya dan suami berdiskusi, apakah mau memasukkan Khalid ke TK dulu atau langsung SD saja? Mengingat anaknya sangat aktif, dan perkembangan berbicara Khalid tidak seperti anak-anak seumurannya yang mungkin lebih lancar bicaranya. Usia 1-3th Khalid belum bisa bicara,atau mungkin masih sangat sedikit bicaranya. Sempat di terapi wicara di Hermina juga, meski akhirnya kami hentikan karena tidak sreg dengan metodenya (Khalid hampir selalu menangis kencang selama di terapi, khawatir trauma). Namun Alhamdulillah usia 3,5 makin banyak kosa kata dan lama-lama makin jelas pengucapannya. Kami juga memasukkan Khalid ke TK A dulu, tidak langsung TK B, meski dari segi umur Khalid sekarang 4th 9bulan, sudah bisa dimasukkan ke TK B. Insyaallah supaya ketika masuk SD, usia Khalid sudah “matang”.
Oke, balik lagi. Di Depok sebenarnya banyak KB-TK. Bahkan ada KB-TK di samping Komplek yang kami tinggal sekarang. TK sunnah juga ada. Tapi, tentu kami punya keinginan dan harapan-harapan mengenai pendidikan, lingkungan dan tentu saja guru-guru yang mengajar anak-anak kami.
Harapan-harapan kami seperti:

  • Kami ingin anak-anak mendapatkan lingkungan sekolah yang baik, diajarkan alquran dan sunnah, berdasarkan pemahaman para salafusholih.
  • Hal utama untuk usia dini adalah diajarkan adab-adab dan akhlaq yang baik, sesuai quran-sunnah.
  • Diajarkan hafalan alquran, hadist-hadist Rasulullah shallahu’alaihiwasallam. Diajarkan tajwid dan pelafalan yang benar dalam membaca alquran.
  • Dibiasakan untuk berpakaian muslim sejak dini.
  • Tidak diberi PR (apalagi masih TK 😀 ).
  • Anak-anak bisa betah dan bersemangat dan fun kalau mau sekolah. Dan ini terbukti, Khalid antusias sekali ketika akan sekolah, dan malah protes ketika sekolah libur :p
  • Jumlah guru dan jumlah anak yang di handle guru masih wajar. Tidak membludak. Seperti 30 orang dengan guru hanya 1 atau 2. (Bagaimana mungkin 1orang guru bisa menghandle anak-anak sebanyak itu? 2 guru pun belum cukup untuk menghandle anak-anak (apalagi masih usia TK) sebanyak itu.
  • Fasilitas untuk menunjang anak belajar memadai dan membuat anak merasa nyaman di sekolahnya.
  • Di sekolah ini, anak-anak gak diajarin bernyanyi, berjoget-joget, menari, dan sejenisnya. (Seperti sekolah pada umumnya). Itu juga yang kami inginkan. Tapi kok anak-anak bisa betah? Tanya kenapa? 🙂

Setelah mencari info sana sini dan mempertimbangkannya masak-masak, kami menjatuhkan pilihan pada annash. Memang, cukup jauh dari rumah. Tidak bisa hanya berjalan kaki. Tapi, setelah mempertimbangkan jarak dan tentu saja kebaikan-kebaikan yang akan didapatkan (insyaallah) kami tetap memilih annash.
Apalagi di sekolah ini, murid anak laki-laki dan perempuan juga dipisah kelasnya, “padahal” masih usia TK lho^^ serta diajarkan sekali adab-adab dan sunnah-sunnah sehari-hari. Toilet ada disamping kelas. Bersih. Anak-anak KB yang masih usia 2 dan 3 tahun itu. Tentu saja ketika di sekolah dan kalau mau ke kamar mandi/sejenisnya, semua sudah menjadi tanggungjawab para guru. Begitu pula siswa-siswa TK. Ditemani, diajarkan sunnah-sunnah masuk, di dalam toilet dan ketika keluar toilet. Masyaallah.

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.


Lingkungan sekolah aman, nyaman dan bersih. Guru-gurunya sangat ramah, welcome dan pandai sekali mengambil hati anak-anak (dalam pengamatan saya setelah 4hari mengantar dan menunggu Khalid di annash). Hampir 99% orang tua (wanita) juga berpakaian syar’i. masyaallah. Ibu gurunya juga berpakaian syar’i. Contoh yang baik untuk anak-anak.
Terlebih di sekolah ini ada peraturan area wajib berbusana muslimah. Petugas sekolah yang laki-laki, (penjaga sekolah). Hanya berjaga di Pos-nya saja. Laki-laki tidak diperkenankan masuk ke dalam sekolah. Jadi, orang tua yang boleh masuk hanya wali murid perempuan, alias ibunya anak-anak.
Saat jam istirahat, anak-anak bermain tetap dalam pengawasan para guru. Anak yang berebutan mainan, akan dilerai gurunya dengan cara yang baik dan diminta guru untuk meminta maaf kepada anak lain yang direbut mainannya.
Ketika anak-anak pulang, guru-guru dan pihak sekolah dengan sigap mengecek satu persatu anak. Apakah sudah dijemput atau belum. Begitu pula dengan penjaga sekolah yang menginfokan dari luar. Apakah si anak sudah dijemput dengan orang yang biasa menjemput atau tidak. Jadi, anak-anak yang telat dijemput, akan main dulu dengan gurunya di dalam. Dijaga oleh para guru . So, ga ada cerita ketika jam pulang, anak dibiarkan keluar begitu saja tanpa pengawasan.
Ohya, satu lagi, di Sekolah Annash juga ada Pusat Studi Islam Annash (Pusdinash) tempat para wali murid belajar Tajwid, dan Bahasa Arab. Waktunya, bersamaan dengan jam belajar anak-anak. Jadi, ketika anak-anak belajar, orang tua juga bisa ikutan belajar di Pusdinash. Saya pribadi sampai menuliskan tuliskan ini belum mendaftar di pusdinash. Karena Khalid baru masuk tanggal 7 Juli 2014 kemarin, baru empat hari masa orientasi siswa, langsung libur lagi sampai setelah lebaran insyaallah.
Meski awalnya sempat ragu karena jaraknya, tapi Alhamdulillah Allah menguatkan azzam kami dan diberikan rezeki sehingga Khalid bisa bersekolah disini (Insyaallah Khansa tahun depan). Melihat juga kebanyakan anak-anak di Annash rumahnya jauh-jauh. Ada yang dari Tanah Abang , Tebet, Bintaro, Permata Hijau, dll.
Semoga anak-anak kami menjadi anak-anak yang Shalih, Cerdas, bermanfaat bagi agama Allah serta orang-orang sekitar. Aamiin ^^

~*Afra Afifah*~
[Tanah Baru, Depok]

Nb: untuk video-video dari sekolah annash, bisa diliat disini

Do What You LOVE~! :) Maret 21, 2014

Posted by Afra Afifah in Afra Punya Opini.
Tags:
3 comments

do-what-you-love

YES! Do What You Love! indah ya..? mengerjakan sesuatu yang kita senang dengannya, apalagi bisa menghasilkan uang karenanya! kebayang gak? sekarang sih saya kebayang banget~! 🙂 alhamdulillah..

Saya ingat di video youtube ketika Shasha Stevenson di interview oleh anak Binus tentang pekerjaannya, Shasha menjawab: “kamu mengerjakan suatu yang kamu suka, cinta, hobi, dan kamu bisa menghasilkan uang dari itu, asik gak tuh?” kurang lebih begitu kata-kata yang diucapkan Shasha yang saya ingat, dan cukup “ngena” banget bagi saya. Can’t Agree More! Bukan berarti saya pro Shasha, nope! Saya sangat menyesalkan keputusannya melepas hijab yang selama beberapa tahun menutupi auratnya. Namun beberapa pemikirannya, ada yang saya setuju. Salah satunya tentang Passion itu.

Passion saya di bisnis. Dari SD sudah ada “otak dagang”nya. Saya pernah menjual kumpulan stiker yang papa saya belikan untuk saya. Lalu memotong-motongnya, kemudian menjualnya ke teman-teman di kelas, dan laku! Saya juga pernah jualan alat tulis, seperti pulpen, pensil, tipe-x yang papa beli di glodok, kemudian saya jual dengan harga bersaing dengan koperasi sekolah. Aha! 😀

Oke, ada orang yang passionnya di masak-memasak, jahit menjahit, mancing, or apapun itu. Tapi passion saya selain fotografi, travelling dan baca, saya juga suka bisnis. Dan alhamdulillah makin mencintai pekerjaan saya ini. Senang, mengejakannya seperti mengerjakan Hobi. Makanya kalau bosen pun, gak lama-lama. Ntar enjoy lagi. Kalau ada hambatan or problem dalam bisnis pun, enjoy aja, santai, ya ini tantangan dalam bisnis. Segera mencari solusi. Jadi gak langsung cepet down, putus asa, semua karena cinta~! *ciee*

Alhamdulillah suami mendukung, dan dukungan darinya tentu saja sangat berarti bagi saya. Karena memang suami saya kan gak mengizinkan saya kerja kantoran, diluar rumah, pergi pagi pulang petang. Saya pun dari dulu gak ada pikiran untuk kerja kantoran. Gak mau. Maka dari itu udah lama kepikiran untuk bisnis online. Bisa tetap menghasilkan meski kerja di dalam rumah. Gak perlu pakai jilbab, gak perlu macet-macetan, gak perlu keluar rumah meski cuaca sangat panas or hujan lebat. Alhamdulillah. Kalau istilah dari Mas Jaya YEA: “Daster Preneur~!” haha. Dan yang paling penting, tetep bisa sambil ngurus rumah dan anak-anak.

Gimana caranya..? Ya bisa aja. Abis ngiklan/ bikin status n sjenisnya, ngerjain kerjaan rumah, ngurus anak, udah beres, ngiklan lagi, jawab orderan. Udah beres, ngurus orderan lagi. Anak-anak mandi, tinggal dulu urusan bisnisnya. Anak-anak rewel, tinggalin dulu. Anak-anak bobo, ikutan bobo. Tulis aja SLOW RESP. Mau gimana lagi? emang masih dikerjakan semua sendiri 🙂 Enjoy aja 🙂

Sering online dong? ya eyalahh namanya jualan Online kalau gak sering online ya gimana mau laku? gimana mau orang lain tau?? emangnya yang jahit menjahit gak sering jahit..? emangnya yang usaha catering “gak sering masak”? semua itu pasti butuh waktu khusus dan tersendiri. Ya kan? emang bisa jahit or masak sambil nyuapin anak n sjenisnya..?

Kalau emang maunya jadi ibu rumah tangga sepenuhnya ya silahkan. I Respect. Tapi, tolong hargai aja orang lain dengan kondisi yang berbeda dengan kondisi kita, untuk menjalankan usahanya, yang sudah lama di cita-citakan, dan sudah berusaha untuk taat suami ga kluar rumah. Dan bukan tipekal orang yang doyan belajar (lanjut sekolah lagi or bercita-cita menjadi dosen n sjenisnya). Sukanya jadi pengusaha.

Banyak lho, perempuan-perempuan diluar sana yang suka stress kalau “hanya mengerjakan pekerjaan Ibu RT” urus suami, anak-anak, n rumah. Dia butuh kesibukan lain yang bikin waktunya sibuk, produktif, jadi bisa lebih ngatur waktu. Dibanding yang gak ngurus lain, merasa hari-harinya santai terus, jadi banyak waktu luang tapi merasa terus pusing karena ga ngerjain hal lain, jadinya ga enjoy, stress. Bahkan sakit-sakitan. Tentu ada sebabnya, bisa jadi ketika sebelum nikah dia gemar organisasi. Penuh kesibukan, atau hal lain. Berinteraksi dengan banyak orang, dsb. Namun ketika nikah, jadi berubah kondisinya, banyak waktu luang, jadi merasa waktunya lebih banyak kebuang dengan sia-sia.

Tapi ada juga tipekal Ibu Rumah Tangga sejati, yang memang sukanya dirumah, mengerjakan hal-hal rutinitas ngurus rumah, anak dan suami “saja” (tentu hal ini juga udah pekerjaan gak mudah). Saya hormati juga. Sangat menghormati. Karena saya bukan tipe yang seperti itu. Saya tipekal orang yang mudah sekali bosan. Jadi emang harus merasa sibuk terus dan penuh rencana. Kalau bosan, bisa stress. Malah gak produktif. Sedih. Galau. Kacau deh. Saya juga tipekal petualang. Senang banget dengan hal-hal seperti petualangan, naik gunung (meski jarang), dan sejenis itu. ADVENTUROUS! suka hal-hal yang menantang.

Karena itu saya sangat berterimakasih ketika diizinkan untk membonceng suami  mengendarai MOTOR ke KAWAH KAMOJANG dan KAWAH DARAJAT! salah satu pengalaman terbaik saya dalam hidup! yang entah dibolehkan lagi atau tidak untk selanjutnya 😀 Saat mengendarai motor ke puncak gunung yang berkabut dan jalanannya nanjak terus itu, saya merasa “Sangat Hidup” . “Ini ‘GUE’ banget!” Sangat bahagia :’)

Kapan lagi ya saya bisa berarung jeram di sungai citarik..? bawa motor ke kawah Darajat? naik gunung? yang pasti saya sangat merindukan saat-saat itu lagi.

Dan ya, ada juga perempuan-perempuan yang terpaksa atau karena tuntutan orang tua dan kondisi keluarga atau hal lain mesti kerja diluar rumah, meninggalkan anak-anak dari pagi hingga menjelang malam. Ah, saya tau ko itu rasanya, karena pernah meninggalkan Khalid yang masi perlu ASI untuk kuliah ke Depok. Pergi pagi pulang siang aja rasanya udah berat banget ninggalin anak. Semua tentu tau konsekuensi masing-masing.

Well, Think Positive and Let’s RESPECT each other 🙂

~*Afra Afifah*~
Tugu Tanah Baru Town House. Depok.

“Boleh” vs “Dong” Februari 28, 2014

Posted by Afra Afifah in Afra Punya Opini, Lembar Kehidupan.
Tags:
3 comments

Sejak menikah, saya banyak belajar dari suami saya. Alhamdulillah. Termasuk dalam pengucapan kata-kata. Salah satunya penggunaan kata “boleh” vs “dong”.

14692823_475

Kayak gimana tuh..? nah kayak gini contohnya.. Biasanya, terutama ke adik-adik saya yang emang ,yah..udah tau lebih dan kurangnya saya dari dulu. Bukan saya saja, tapi juga adik-adik saya pun terbiasa menggunakan kata “dong”, yang ternyata kurang enak didengar bagi suami saya yang orang sunda. Misal:
“tolong ambilin kakak jilbab dong..” . Meskipun sudah menggunakan kata “tolong” dibagian awal kalimat tapi menggunakan kata “dong” sebagai penutup, tidak pas didengar kata suami saya.

Eh iya ya? Masa sih..? perasaan biasa aja..kan udah pakai kata “tolong” . Perasaan “biasa” aja karena memang sudah menjadi kebiasaan saya  bgitu pula dengan adik-adik juga sepertinya.

“Jadi mesti gimana a baiknya..?” tanyaku ke suami.

Kayak gini: misalnya sambil panggil nama salah satu adikku “Sausan, boleh kakak minta tolong diambilkan jilbab..? / “Sausan, boleh minta tolong diambilkan jilbab di kamar..?”

Lebih enak didengar kan..?

“eh iya bener juga ya..” baik, akan aku ubah.. ya meskipun terkadang masi juga pakai kata “dong” karena mungkin udah kebiasaan dari dulu >_< ya pelan-pelan dirubah.. bismillah..

Karena itu pula, saya juga jadi merasa kurang nyaman bila ada orang yang menggunakan kata “dong” dalam suatu kalimat yang kurang pas. Misal : “tolong donggg!” (berasa diminta tolong tapi maksa 😀 )

Atau:

“foto-fotonya dong!”  (apalagi dikasi tanda seru, pake satu tanda seru masi mending klo udah banyak: foto-fotonya dong!!!) haysss >_<

“free ongkir dongg!!”  (minta free ongkir tapi terkesan maksa) 😀

Sekali lagi, semua tergantung konteks kalimat, dan intonasi (kalau bahasa lisan)  dan sikon ketika pengucapan kata tsb. Kata “dong” gak sepenuhnya buruk . Misal : “apa sih apa dong..apa sih apa dong.. pilih ubi apa singkong” #eh :mrgreen:

~*Afra Afifah*~

Tanah Baru, Depok. Pukul 5 Pagi.

[pict by google]

Bulan yang Terlewat Februari 26, 2014

Posted by Afra Afifah in Afra Punya Opini, Lembar Kehidupan.
2 comments

Rasanya suka sedih gimana gitu, ketika saya “melanggar janji” kepada diri sendiri. Ya tentu bukan terhadap diri sendiri saja. Untuk diri sendiri saja sudah tidak enak. Bagaimana bila melanggar janji terhadap orang lain? . Hmm apa ya kata yang lebih pas, “melanggar aturan?” atau “melanggar komitmen?” semacam itu.

Saya punya  aturan tidak tertulis kepada Blog Diary Hujan ini, yaitu, menulis minimal sebulan sekali. Ah iya, dulu ketika masih single dan merasa masi punya banyak waktu memang sering menulis. Tapi kini sudah jauh berbeda. (hmm apakah ada seseorang yang sedang mencari-cari alasan disini? -_- ). Well, gimanapun komitmen tetap komitmen ya. Sering kali ada ide untuk menuliskan sesuatu. Tapi karena waktunya belum pas, ngurus ini dan itu akhirnya terlewat lagi, tertunda lagi. Oh maafkan aku duhai Blogku tersayang.

Awal mulanya memang sempat: “ah ya sudahlah kapan bisanya aja nulis”. Setelah sedih melihat banyak teman-teman bloger yang sudah lama tidak aktif di blog mereka masing-masing, yang dulunya kami sering sapa dan komen, namun smua berubah ketika negara api menyerang Facebook hadir di tengah-tengah kami. Orang makin senang aktif di FB aja, atau Twitter. Karena memang beda budaya FB, twitter, dan budaya blog. Budaya blog itu budaya menulis. Lain lagi dengan budaya instagram, dll. Tiap Media Sosial punya culture-nya masing-masing, rite?

luna-1600

Namun saya “diingatkan” oleh adik saya http://sadidadalila.wordpress.com/ yang sebelum ia menikah, ia bilang mau komit menulis blog sminggu sekali. Apa minimal seminggu sekali ya? Yah, saya yang “status”nya kala itu udah berubah jadi ibu-ibu merasa tertantang juga, tapi saya turunkan “level komit” saya menjadi sebulan sekali. Meski sering juga ingin ditambahkan minimal seminggu sekali. Ah, mengapa rasanya sulit sekali “nyuri waktu” untuk nge-Blog ya? Mungkin harusnya bukan nyuri, tapi menyediakan. Hmm, baiklah, akan saya pikirkan lagi.

Begitulah, meski sudah komit, tetap ada bulan yang suka terlewat. Kalau pembaca blog saya mau memperhatikan sih, kalau gak juga gak apa-apa hehe :mrgreen: . Maafkan aku Maret, November , Juni , Mei , dan September… Mudah-mudahan bisa lebih komit lagi dan menyediakan waktu khusus untuk nge-blog 🙂

~*Afra Afifah*~
Jam 4 Lewat 10 Pagi

[Tanah Baru, Depok]

Ketika Anak Ga Mau Makan Januari 7, 2014

Posted by Afra Afifah in Afra Punya Opini.
Tags:
5 comments

ocha

“terserah dia ma, mau makan apa ngga, yang gak mau dia, yang laper juga dia..biarin aja..gak usah pusing-pusing” itu kalimat yang saya lontarkan ketika mama saya pusing saat adik bungsu saya gak mau makan karena makanan yang tersaji tidak ada yang membuatnya berselera makan.

Ketika banyak iklan TV yang juga menyuguhkan vitamin-vitamin yang menambah nafsu makan, atau banyak adegan orangtua (terutama ibu) yang pusing karena anaknya ga mau makan. Sepusing itu kah..? bukannya sederhana saja..? kalau kelaperan, dia pasti bakal mau makan, pikir saya saat itu.

Ya, se-simple itu kalau saya waktu itu masih berada dalam posisi sebagai anak dan seorang kakak yang kesal atas ulah adiknya yang gak mau makan dan itu membuat mama saya gelisah memikirkannya. Tapi, ketika saya sudah menjadi seorang ibu dan dihadapkan pada kenyataan tersebut. Ternyata pusing juga ya! Bikin strees euy kalau anak susah makan hehe.. >_<

“oh jadi gini toh yang dirasakan mama..ketika saya dan adik-adik lagi males makan” subhanallah.. padahal soal gak mau makan aja ya, padahal yang laper kita sendiri (sebagai anak). Namun sungguh memang orang tua mana yang rela anaknya kelaparan atau menahan lapar..? atau makan makanan yang tidak bergizi atau sekedarnya saja..? jadi karena itu mama saya bisa ikutan pusing dan marah karena si anak banyak maunya, yang marahnya mama tentu karena sayang sama anaknya :’)

Itu baru soal gak mau makan, belum lagi persoalan lain yang dihadapi orangtua ketika anaknya begini dan begitu..

subhanallah.. semoga Allah menjadikan kami anak yang shalih dan shalihah yang bisa berbakti kepada kedua orangtua..begitu pula dengan anak-anak kami..

Maafin kami ya ma..pa.. ternyata hal yang se-sederhana itu menurut kami, tapi tidak bagi mama dan papa..

Afra Afifah,

[Yang kini telah menjadi seorang ibu dari dua anak, yang sedang pusing menghadapi anak perempuannya, khansa, yang susah sekali disuruh makan meskipun sudah dipaksa :’) hiks.. ]

MONEY can’t buy HAPPINESS :) Desember 31, 2013

Posted by Afra Afifah in Afra Punya Opini.
Tags:
2 comments

Banyak hal yang tidak dapat dibeli dengan uang..

Suami yang shalih..anak-anak yang shalih dan shalihah..semuanya itu..tidak dapat dibeli dengan uang #MONEYcantbuyHAPPINESS

Suami yang senantiasa menasehati istrinya dengan lemah lembut ketika berbuat salah.. tidak dapat dibeli dg uang #MONEYcantbuyHAPPINESS

Suami yang tiap sholat lima waktu..selalu sholat berjamaah di masjid..tidak dapat dibeli dengan uang #MONEYcantbuyHAPPINESS

Suami yg perhatian dg kondisi istrinya yg kelelahan tlah mnjaga rumah dan anak2nya seharian,tidak dpt dibeli dgn uang #MONEYcantbuyHAPPINESS

seorang suami yg perhatian bkn hnya kpd orang tuanya sendiri tapi jg memuliakan mertuanya.tdk dpt dibeli dengan uang #MONEYcantbuyHAPPINESS

Suami yg adil.. ia memuliakan ibunya tapi tidak “menyingkirkan” istrinya bgitu saja.. tidak dapat dibeli dengan uang #MONEYcantbuyHAPPINESS

Suami shalih yang cinta thpd istri dan mencukupkan diri dg “hanya” seorang istri..tidak dapat dibeli dg uang #MONEYcantbuyHAPPINESS

tweets by @afraafifah

[11 September 2012]

Dari Bisnis ke Bisnis Oktober 10, 2013

Posted by Afra Afifah in Afra Punya Opini, Lembar Kehidupan.
Tags:
3 comments

Gambar

Bismillah..

Perkenalkan, saya Afra Afifah. Owner dari https://www.facebook.com/MainanAnakID Kemarin siang diminta mba Rini Priyani Xanthoniar, yang juga salah satu pelanggan MainanAnakID untuk menulis kisah sukses saya dalam berbisnis. Diminta gitu otomatis saya kaget dan malu. Ini ga salah? Hehe kisah sukses? Karena saya merasa masih butuh banyak proses untuk itu.

Kalau ditanya soal bisnis. Menjadi pebisnis sukses memang cita-cita saya dari dulu. Di depan PC yang saya gunakan ini pun, saya tempel tulisan “Succes Business Woman” di tembok. Biar tiap hari saya ingat tentang cita-cita saya itu, bersama impian-impian saya yang lain. Ya, sejak kuliah, saya memang hobi menulis semua impian-impian saya. Baik dibuku, maupun di dinding. Alhamdulillah, memang sebagian besar yang saya tulis sudah tercapai, dengan waktu pencapaian yang berbeda-beda. Impian sebesar bahkan keinginan sekecil apapun, saya tuliskan.

Sejak SMA, saya ingin melanjutkan kuliah, tapi dari awal saya tidak ingin berkarir. Saya ingin kuliah untuk mendidik saya, membuka wawasan, bertemu teman-teman yang cerdas untuk membentuk pola pikir saya, mencari ilmu baru, untuk mempersiapkan diri sebagai seorang ibu, bukan wanita karir. Selain saya tidak mau berkarir, saya juga yakin bahwa suami saya nanti tidak mengizinkan saya bekerja diluar rumah. Kecuali ada kondisi dimana mengharuskan saya untuk itu. Jadi klop. Karena itu dari kuliah saya sudah terpikir untuk berbisnis. Sejak SD, saya sudah biasa berbisnis menjual alat-alat tulis dan stiker-stiker lucu yang papa saya beli di asemka. Kemudian saya jual ke teman-teman sekelas, dan laku. Alhamdulillah.

Waktu masih kuliah, saya sibuk mengajar privat. Dari senin-jumat. Pulang kuliah, langsung ngajar. Karena saya bawa motor, pergerakan saya kesana kemari pun lebih mobile. Murid saya bisa mencapai 9 orang kala itu. Pemasukan ngajar untuk seukuran mahasiswa, juga sudah diatas 1,5 juta per bulan. Alhamdulillah. Karena mama seorang guru, papa juga mengajar. Setelah lulus kuliah saya berkeinginan untuk membuka bisnis bimbingan belajar dan privat.

Oktober 2010, saya dan suami membuka bisnis pertama kami. Rumah Belajar Al-Khairy. https://www.facebook.com/rumahbelajar.alkhairy?fref=ts Kami sewa ruko di pinggir jalan. Di jl Muhammad Kahfi 1 Jagakarsa. Semua modal sendiri. Karena itu memang terasa cukup berat. Modal yang kami pakai diambil dari bonus gaji tahunan suami. Sewa ruko, memasang wallpaper di dinding. Beli papan tulis. Meja untuk administrasi, bayar gaji guru, pasang AC dll. Target pasar memang kalangan menengah kebawah. Karena kami bimbel baru. Dengan modal terbatas. Kami sebar brosur ke beberapa SD skitar bimbel. Murid pun berdatangan. Tapi baru sedikit. Tidak sampai setahun. Kami putuskan untuk menutup bimbelnya. Karena anak kedua saya waktu itu masih bayi, ASI ekslusif. Meski jarak bimbel dekat dengan rumah kami yang hanya berjarak 10 menit. Tapi saya tetap tidak tega, meninggalkan dua anak saya yang masih kecil-kecil bersama pembantu. Padahal saya juga cuma 4 jam di bimbel. Berat rasanya meninggalkan mereka.

Bisnis pertama dihentikan. Kami rasakan memang cukup berat apalagi semua masih modal sendiri. Kalau ada yang invest, mungkin terasa lebih mudah. Tapi waktu itu kami pun juga tidak kepikiran untuk mencari investor. Bimbel di stop, namun bisnis privat masih berjalan. https://www.facebook.com/PusatJasaGuruPrivat?fref=ts Karena bisnis private tidak butuh tempat, dll. Hanya butuh koneksi yang banyak ke teman-teman mahasiswa. Bisnis private masi saya jalankan sampai sekarang. Meski saya lebih fokus di bisnis mainan untuk saat ini, insyaallah untuk seterusnya.

Sambil menjalankan bimbel saya jualan gamis. Saya jual secara online. Tepatnya saya marketing sebuah butik di bandung. Karena untk modal, ga kuat. Harga per-baju aja paling murah Rp.500.000,- hehe.. kebanyakan 700-1,5 juta. Bisnis ini juga hanya berlangsung selama sekitar setahun. Karena jujur, meski saya suka model-model gamis. Suka membeli, tapi setelah dijalani terasa berat. Bisnis pakaian bukan passion saya. Saya tidak suka ketika customer menanyakan ukuran-ukuran baju.” Kalau ukuran XL pas ga ya sama saya? “ dan pertanyaan-pertanyaan serupa. Dan ketika ada case dalam bisnis pun, saya merasa cukup berat menjalaninya. Karena bukan passion saya, jadi semua terasa lebih berat. Sebab itu saya berhenti.

Kemudian mulai bisnis lagi, akhir tahun 2011. Saya jual Keripik Rempah Pedas, NON MSG. ini bisnis pertama saya jualan produk makanan. Keuntungan maksimal perbungkus juga cuma 5000 rupiah. Ketetapan harga dll, sudah ditetapkan oleh produsen. Kami mengeluarkan modal skitar 600 ribu kala itu untuk nyetok dirumah.
https://www.facebook.com/afra.afifah/media_set?set=a.2691962296492.2146470.1179560218&type=3 saya jual secara online. Di FB dan twitter, juga BBM. Ga disangka respon teman-teman juga baik. Per bulan saya bisa menjual 1000 bungkus bahkan lebih. Omset per bulan sekitar 15juta bahkan lebih. Reseller saya pun banyak. Di Palembang, Kalimantan, papua, dll. Keripik yang saya jual juga sudah sampai di korea, jepang, madinah, dll. Akhir tahun 2012. Bisnis ini berakhir. Faktor utama dari pihak produsen. Produksi makin menurun (bukannya makin naik). Karena ada masalah internal pada produsen. Sempat sebelumnya saya diminta untuk jual produk baru dengan produsen yang sama. Keripik k*****, tapi ber-MSG. walah.. kumaha ieu.. sbelumnya saya sudah gembar gembor cemilan sehat. Tiba-tiba saya jualan kripik ber-MSG? saya tidak menerima kerjasama tsb. Secara pribadi juga tidak enak hati menjual produk ber-MSG. Karena menjual berbeda dengan konsumsi pribadi. Namun karena saya menjadi distributor keripik rempah yang berprestasi, sesuai perjanjian tertulis dg produsen. Saya dapat reward: traveling atau gadget. Saya pilih gadget. Lumayan dapat BB baru, Alhamdulillah

Sempat vakum ga jualan beberapa bulan. Meski ga jualan, saya terus mikir, saya bakal jualan apa lagi? Karena saya juga ga bisa berasa “hanya diam dirumah”. Kemudian saya tulis opsi pilihan jualan yang saya suka. Di kertas. Dari makanan dan cemilan sehat, baby shop, mainan. Akhirnya saya pilih mainan. Karena teman-teman saya sudah banyak yang jualan perlengkapan baby. Lagi-lagi, karena saya juga ga mau jualan baju baby. Gak suka dengan pertanyaan “anak saya umur 1th.. ukuran yang pas ukuran brp ya?” (ini pertanyaan yang membuat saya pusing :p  )

Februari 2013 saya memulai bisnis mainan. Saya bikin fan page, twitter. Pelan-pelan tapi pasti saya upload foto-foto. Saya iklanin. Di FB, twitter, group2 FB, di BBM. Alhamdulillah respon pasar sangat baik. Setelah menjalani saya makin enjoy. Kalau ada case dalam bisnis pun, (dan memang pasti selalu ada, di bisnis apapun). Saya anggap sebagai tantangan tersendiri, dan selalu pikir solusi..solusi dan solusi.. saya tetap enjoy..karena merasa ini passion saya banget. Saya suka beliin anak-anak saya mainan. Suka memainkan juga hehe. Sering juga saya ditawarin teman-teman untk membantu jualan mereka.. mulai dari butik muslimah (lagi) , kue-kue, dll. Saya tolak karena itu bisa membuat saya ga fokus. Saya ingin fokus membesarkan bisnis ini. Pelan-pelan. Tiap hari dicek hal-hal apa yang kurang. Diperbaiki. Terus. Bisnis sambil jalan. Karena klo dipikirin terus. Jadi ga jalan-jalan ^^. Bahkan sempat ada teman yang menawarkan saya jadi importir mainan langsung. Tapi modalnya belum cukup. Karena sekali import butuh modal skitar 50-60 juta.hiks.

Alhamdulillah kini omset 1juta perhari sudah tidak sulit. Mudah-mudahan kedepannya semakin berkembang. Karena kesuksesan diraih dengan doa, kerjas keras dan kerja cerdas. Tidak ada yang instan di dunia ini. Bahkan mie instan sekalipun, mesti direbus dulu 3-5 menit supaya bisa dimakan. Salam semangat!! 😀

—————————————-

tulisan ini dimuat tadi pagi di group FB “ibu-ibu doyan bisnis” atas permintaan mba Rini Xantoniar.. barakallahufik.. 🙂

Designer Butik Irna La Perle, beralih ke JILBAB SYAR’I Agustus 23, 2013

Posted by Afra Afifah in Afra Punya Opini.
6 comments

Beberapa hari yang lalu, saya terkejut, melihat perubahan cara berpakaian dari designer TERKENAL BUTIK IRNA LA PERLE..yg namanya sudah GO INTERNASIONAL . Setahun atau 2 tahun lalu saya pernah melihat beliau langsung di acara bazar busana muslimah di gedung bulog jakarta.. pakaiannya sungguh trendi, memakai celana panjang, jilbab gaul.. ^^

TAPI, sekarang saya SENANG, BAHAGIA dan BERSYUKUR kpd ALLAH.. bahwa ALLAH Azza wa Jalla telah memberikan bliau hidayah untuk berjilbab SYAR’I ..MASYAALLAH..kini, tampilan bliau brubah drastis.. sudah memakai GAMIS, BERJILBAB LEBAR dan PANJANG..serta TAK LEPAS dari KAOS KAKI untk MENUTUP KAKInya..

1157395_10200892513728614_1117019828_npict from here

smoga Allah memberikan keistiqomahan kepada BLIAU..sampai akhir hayat bliau dalam berjilbab syar’i..karena saya tau, perubahan bliau berjilbab syar’i tidaklah mudah..mlihat lingkungan bliau yg sangat heterogen 🙂

dan saya berharap, semoga.. para designer yg “masih ABG dan muda2” ^^ serta kita para muslimah..diberikan hidayah Allah untuk berjilbab syar’i serta diberikan keistiqomahan dalam berjilbab syar’i..karena sungguh, menjaga hidayah LEBIH SULIT dibanding mendapat hidayah itu sendiri…

alhamdulillahilladzi bini’matihi tatimusholihat ♥ ^_^

yuk, bersama-sama kita

Lindungi Diri Dengan Jilbab Syar‘i

~*Afra Afifah*~

[Tugu Tanah Baru Town House, Depok, Jawa Barat]