jump to navigation

28 Desember 2008 Desember 28, 2010

Posted by Afra Afifah in Lembar Kehidupan.
Tags:
14 comments

Dua tahun lalu, tepatnya tanggal 28 Desember 2008, saya menikah dengan seorang laki-laki asal Garut yang bernama Sofyan Nugraha. Ia adalah senior saya di kampus. Meski saya mengenalnya ketika ia sudah lulus. Karena umur kami terpaut 4,5 tahun. Ia merupakan sahabat dari salah seorang senior saya yang juga menjadi sahabat saya sjak SMA. Sungguh, diri ini tidak menyangka bahwa ialah laki-laki yang terbaik yang Allah pilihkan untuk kehidupan dunia dan akhirat saya, insyaAllah…

Di awal atau pertengahan (saya lupa tepatnya) bulan November tahun 2008, saat itu bertepatan dengan bulan Ramadhan, ia datang seorang diri dengan menggunakan motor Honda-nya untuk menemui keluarga saya, mmm tepatnya untuk menemui papa saya :mrgreen: dengan tak lupa membawa sebungkus apel merah dan ice cream untuk kami sekeluarga 😳

Awalnya, saya pikir papa tau kalau ia akan datang seorang diri, tapi koq setelah ia sampai di depan rumah kami (waktu masih di Pejompongan), papa sempat bingung ketika ia datang sendiri, tidak bersama keluarganya. (papa ga “ngeh” kali ya, perasaan sebelum ia datang sudah saya katakan pada papa…) 😯 Ya tentu saja akan sulit baginya untuk membawa orangtua beserta dua orang adiknya, karena mereka tinggal di Garut. Apalagi malam itu, bertepatan dengan jam berbuka puasa, baru tahap perkenalan dirinya dengan keluarga saya, yah mungkin kalau bisa dikatakan, “lamaran” tapi belum “resmi” (ada gitu ya lamaran blum resmi? 😛 ).

Ia pun berkenalan dengan orangtua dan ke-5 orang adik saya 🙂 . Setelah berbuka puasa bersama di rumah, dan masuk waktu isya’, ia dan papa pergi shalat ke masjid yang dekat dengan rumah. Dan setelah itu, mereka pun belum pulang juga. Sebenarnya, saya sangat penasaran, apa saja yang mereka diskusikan 😛 Di rumah, tentu saja, saya menjadi objek ledekan adik-adik saya *huoo* 😎

Sambil berdoa mengharapkan yang terbaik, apakah proses menuju pernikahan antara saya dengan dirinya kandas di tengah jalan ataukah bisa berlanjut dengan bahagia. Saya pun setia menunggu dirinya dan papa pulang dari masjid, yang seharusnya sudah pulang sjak lama, ya..menunggu sambil H2C alias harap-harap cemas… 😛

Dan mereka pun kembali ke rumah.. karena sudah malam, ia langsung berpamitan dengan papa untuk pulang. Saya sendiri mencuri dengar saja dari dalam rumah 😛 dan kata-kata papa yang masih saya ingat sampai sekarang ketika ia berpamitan adalah :”gak kepengen ketemu afra dulu…?” ia pun menjawab kira-kira seperti ini:”oh..engga pak..salam aja..” hahahahahhaha bilang aja pengen (hush!) 😛  –blum halal..blum halal :mrgreen:

Kemudian dengan malu-malu, saya bertanya ke papa..bagaimana kelanjutannya…(kalo dalam bahasa gaul: “gimana pa, diterima gak? 😛 ) papa pun menjawab kira-kira seperti ini: “yaaaa…ga  ada masalah.. “ WHATS??? THAT’S IT??? UDAH??GITU AJA?? 😮 😯 Bener-bener jawaban yang membuat saya ter-KAGET-KAGET.. 😯 karena dengan yang sebelum-sebelumnya (nah yaa brp x calon sebelumnya 😛 ) mestilah saya diberondong dgn banyak pertanyaan oleh papa, seperti latar blakangnya,  agama, keluarga, pendidikan, dll.. yah mungkin papa sendiri sudah mengetahui info mengenai dirinya dari saya dan mungkin ia sendiri. Tapi, sungguh benar-benar membuat saya terkejut karena papa tak mnanyakan hal mengenai dirinya dan seolah proses ini begitu dimudahkan serta dilancarkan oleh Allah …Alhamdulillah…

Tak berapa lama kemudian, (kalau tidak salah setelah lebaran), keluarga saya dan keluarganya menetapkan hari lamaran saya secara “resmi”, yah tentu saja krn dgn membawa serta kedua orangtuanya,adik-adiknya dan perwakilan kluarga besarnya ke Jakarta. Saat itu acara lamaran dilakukan di rumah nenek saya di ciganjur, Jakarta selatan. Kluarga besar dari mama saya pun turut hadir, dan tak lupa terus menjadikan saya sebagai objek “cengan” *wleh* 🙄

Acara lamaran berlangsung dengan lancar, Alhamdulillah..ktika itu, saya diberikan cincin emas oleh calon ibu mertua saya dan sejumlah uang…serta tak lupa, oleh-oleh asli Garut :mrgreen:

Tanggal pernikahan pun di tetapkan saat itu juga, dan tanggal 28 Desember 2008 lah dipilih sebagai hari pernikahan saya dengan dirinya…

Jarak antara lamaran dan pernikahan yang tergolong cepat (kurang lebih hanya sebulan) membuat saya dan orangtua saya terutama mama cukup kerepotan mengurus sgala sesuatunya.. mulai dari masalah hijab, tempat, makanan, souvenir, baju dll. Tentu saja karena kami tidak menggunakan EO. Saya sendiri dan dirinya menginginkan pernikahan yang sederhana..hal-hal yang tidak perlu dan menghambur-hamburkan uang, sebisa mungkin dihindari…

Alhamdulillah…


Masjid Al-Huda, Tebet.

Pernikahan kami berjalan dengan khidmat dan lancar..smoga Allah menjadikan kami keluarga yang sakinah, mawadah wa rohmah..sampai akhir hayat nanti dan dipertemukan kembali di surga-Nya yang abadi…aamiin ya rabbal’alamiin…


Aula Masjid Al-Huda, Tebet.