jump to navigation

Universitas Kehidupan Januari 28, 2017

Posted by Afra Afifah in Afra Punya Opini.
Tags:
1 comment so far

Dalam hidup ini, sejak lahir, manusia sejatinya adalah makhluk pembelajar.  Ilmu…semakin dicari, sampai akhirnya nanti kita menghembuskan nafas terakhir semakin kita menyadari bahwa ilmu yang kita punya hanyalah setetes air dari luasnya samudera ilmu. Menyadari bahwa begitu dalam dan luasnya samudera ilmu, serta sedikitnya waktu yang kita miliki, pada kenyatannya kita tidak akan sanggup menguasai seluruh bidang ilmu. Tidak akan bisa…tidak akan mampu..

Bukankah orang yang hebat itu dilihat dari keahliannya terhadap suatu bidang ilmu..? Mereka yang mahir dan berkompeten dalam bidang ilmu yang digelutinya.. Mereka yang fokus pada bidangnya masing-masing..bukan orang yang dengan banyak menguasai berbagai ilmu..? Karena semakin banyak ilmu yang (katanya) dikuasai..bukankah semakin menunjukkan bahwa ia tidak semahir orang yang expert dalam satu bidang yang ia geluti..?

Semua bidang ilmu..? Bisakah..? Apa hanya “mahir dipermukaan saja”? Orang yang menggeluti suatu bidang ilmu saja..dan dikatakan mahir, sejatinya ia juga belum dapat menggali semua ilmu yang selama ini ia geluti..

Begitu pula saya…Ah, apalah saya ini.. hanya manusia yang penuh dosa yang masih terseok-seok dalam memperbaiki diri dan keluarga.. Saya memang tidak berminat dalam bidang akademis untuk meneruskan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi (S2/S3). Tapi dari dulu, saya ingin sekali memperdalam ilmu agama, selain ilmu parenting, bisnis, atau keterampilan-keterampilan lain yang saya berminat didalamnya seperti berenang, memanah, berkuda. Bukankah hidup terlalu berharga untuk kita habiskan pada hal-hal yang tidak kita minati.. untuk hal-hal yang kita tidak mahir didalamnya.. untuk fokus pada kekurangan kita terus-menerus..? Bukankah sudah saatnya kita fokus saja pada kelebihan-kelebihan kita..pada hal-hal yang kita minati.. pada hal-hal yang membuat “hidup kita lebih hidup?”

Ilmu agama, adalah ilmu terpenting dalam kehidupan kita di dunia ini. Ilmu utama sebagai bekal kita untuk kehidupan selanjutnya, kehidupan kekal, di negeri akhirat nanti. Satu-satunya ilmu yang membawa banyak manfaat, bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk keluarga, orang tua, suami, anak-anak, dan masyarakat luas. Karena semua hal dalam kehidupan di dunia ini, sudah diatur dalam ilmu agama. Mendidik anak, berbakti kepada orang tua, akhlaq yang baik, adab terhadap tetangga, bahkan sampai urusan di dalam kamar mandi pun diatur dalam agama Islam.

Selagi masih diberi kesempatan hidup di dunia, mudah-mudahan saya tidak menyia-nyiakan waktu saya dengan menekuni hal-hal yang tidak bermanfaat. Sayangnya, tidak ada hal yang mudah. Tidak ada cita-cita..impian yang dicapai dengan mudah. Semua butuh perjuangan. Seperti halnya menuntut ilmu agama dengan status saya sekarang yang sudah menjadi ibu tiga anak yang masih kecil-kecil. Sebagian besar waktu saya habiskan di rumah dengan mengurus suami, anak-anak, memikirkan pendidikan mereka, bisnis, dan lain-lain… lantas bagaimana cita-cita saya itu..?

Sudah pasti saya butuh usaha lebih untuk mencapainya. Benar adanya, selagi belum menikah, belum punya anak, pergunakanlah waktumu sebaik mungkin untuk menuntut ilmu. Karena memang faktanya, dengan kondisi sekarang menuntut saya harus benar-benar bisa membagi waktu, menjaga kesehatan, juga menjaga perasaan supaya keinginan saya tercapai untuk bisa memperdalam lagi menuntut ilmu agama. Tentu saja saya perlu ridho dan izin dari suami dalam menjalankanya. Tidak hanya itu, dukungan penuh dari suami juga saya butuhkan untuk menjalankanya. Karena walau bagaimanapun dengan status saya sekarang yang sudah menjadi istri dari suami saya dan Ibu dari anak-anak saya. Kewajiban saya yang utama adalah mengurus keluarga dengan baik. Bukankah untuk puasa Sunnah saja seorang istri harus minta izin suaminya terlebih dahulu…? Kalau suami tidak mengizinkan, ya tidak bisa kita kerjakan. Tapi saya yakin, bila ada keinginan, disitu ada jalan. Mudah-mudahan saya bisa merealisasikannya, tidak hanya terbatas pada tulisan ini saja.

Saya juga menyadari bahwa selain saya harus banyak bersabar menjalaninya, step by step. Dan terutama keyakinan dan kepercayaan diri saya sendiri bahwa saya bisa menjalankannya. No excuse. Keyakinan dan kepercayaan kepada diri sendiri menurut saya hal yang paling harus saya tekankan disini. Karena ketika menyadari diri ini sudah tidak bisa sebebas dulu, pergi kesana kemari dalam menuntut ilmu. Lelah mengurus rumah, suami, anak-anak, sering kali membuat diri jadi ragu, malas, dan takut melangkah maju. Apakah saya akan berhasil..? Apakah saya bisa istiqomah dalam menjalankannya..?

tidak-ada-sesuatu-yang-langsung-mudah

Mudah-mudahan dengan banyaknya dukungan dari orang-orang tercinta, saya bisa mencapai cita-cita saya untuk memperdalam ilmu agama lagi. Allahul Musta’an.

Afra Afifah_NHW#1