jump to navigation

Menghargai Proses Diri Dan Orang Lain Oktober 31, 2008

Posted by Afra Afifah in Afra Punya Opini.
trackback

 

“Life is an everlasting learning,

learn how to be honest to your own heart

and learn to have a big opened heart to love deeply

and to forgive quickly.”

[Anonymous]

 

 

Hidup Adalah Sebuah Proses…

 

Hidup adalah sebuah proses. Sebuah proses dari kita tidak mengerti apa-apa, yang saat itu, kita masih sangat bergantung pada Ibunda kita. Sampai sekarang. Ya, sampai saat ini. Sampai telah banyak yang kita ketahui tentang kehidupan. Meskipun masih banyak hal yang belum kita ketahui.

 

Setiap manusia itu berbeda-beda. Tiap-tiap kita pastilah mempunyai keunikan sendiri. Serta mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kita, bisa sampai kepada titik dimana sudah banyak yang kita ketahui tentang kehidupan, tak lain berasal dari proses belajar. Waktu balita kita belajar agar bisa berbicara. Belajar supaya kita bisa berjalan. Belajar bagaimana kita bisa mengucapkan terimakasih kepada Ayah dan Ibu kita. Waktu kecil, ketika kita belajar berjalan…lalu terjatuh…bangkit lagi, kemudian terjatuh lagi… lalu bangkit lagi…dan begitu seterusnya. Orangtua pun tidak menyalahkan kita atas jatuhnya kita. Justru sebaliknya, mereka selalu menyemangati kita untuk tetap berusaha agar bisa lancar berjalan. Bila kita terjatuh, mereka membantu… Bila kita menangis, mereka menenangkan dan menghibur kita… Mereka tidak mengejek kita karena belum bisa berjalan. Mereka, juga tidak pernah meremehkan kita karena sering terjatuh sewaktu belajar berjalan. Karena mereka, adalah orang-orang yang selalu menghargai proses belajar kita.

 

Tapi kini, ketika sudah beranjak dewasa. Mengapa sulit sekali bagi kita untuk menghargai proses diri dan orang lain? Ketika kita sudah mendapat ilmu yang lebih, baik ilmu dunia maupun ilmu agama, mengapa dengan ilmu yang kita miliki, malah membuat kita lebih mudah menghakimi orang lain? Padahal setiap orang membutuhkan proses yang berbeda-beda. Padahal, proses belajar kita tidaklah sama…

 

Kita Semua Belajar Dari Kesalahan…

 

“Lihatlah si fulanah, pakai jilbab koq pendek dan ketat gitu”. “Lihatlah si fulan, sudah tau hukumnya menjaga pandangan, tapi koq pandangannya malah gak dijaga!”. Ahhhh…iya, si fulan dan di fulanah tadi memang belum bisa menjalankan syari’at dalam hal berpakaian dan menjaga pandangan. Tapi, apakah berarti kita mempunyai hak untuk men-judge mereka? Apakah berarti kita punya hak untuk meremehkan atau mengejek mereka? Padahal perbedaan kita dan mereka adalah kita sudah mengetahui tentang hukum syar’i dan biiznillah, kita bisa melaksanakan aturan tersebut dengan baik. Sedangkan mereka, mungkin belum mengetahui tentang apa-apa yang sudah kita ketahui. Atau mungkin, mereka sudah tau, tapi mereka masih butuh proses untuk itu. Salahkah mereka? Wallahu a’lam. Toh setiap manusia tak lepas dari kesalahan. Kita semua belajar dari kesalahan.

 

Karena Setiap Orang Berbeda. Maka Jangan Disamakan…

 

Lantas, apa yang harus kita lakukan..agar mereka bisa mendapatkan ilmu yang telah kita ketahui lebih dulu disbanding mereka? Jawabannya adalah mudah, berikanlah contoh dan nasihat yang baik ). Sering kali, mungkin tidak kita sadari, tauladan yang baik itu lebih baik dari 1000 nasihat sekalipun.

 

Jangan Asal Menasehati…

 

Sayangnya, banyak dari kita yang “asal” dalam menasehati. Mungkin cara kita yang kurang lemah lembut, atau tidak dengan hikmah yang baik dalam penyampaiannya. Ataukah, kita salah dalam “memilih” orang untuk kita nasehati ). Bayangkan, jika kita melakukan kesalahan yang sebenarnya kita tau bahwa itu salah, tapi terpaksa kita lakukan atau banyak faktor yang membuat kita akhirnya terjatuh dalam kesalahan. Atau mungkin, kita memang masih dalam proses untuk keluar dan bangkit dari kesalahan yang kita lakukan. Tiba-tiba, ada orang yang ujug-ujug menasehati kita. Seolah-olah dialah yang paling tau tentang masalah kita. Seolah-olah, dia yang paling tau soal kondisi kita. Dan seolah-seolah ialah yang paling benar.

 

Nasihat yang diberikan mungkin memang adalah nasihat yang baik. Tapi kalau caranya tidak baik dan tidak pas diberikan ke kita, dalam waktu, situasi, kondisi..dan bukan diberi nasihat oleh orang yang tepat. Bisa jadi justru nasihat tersebut di tolak mentah-mentah dan si penerima nasihat malah menjauhi si pemberi nasihat dan apa-apa yang “diberikan” oleh si pemberi nasihat.

 

Misalnya contoh mudahnya adalah ketika kita mengetahui sahabat terdekat kita melakukan kesalahan, apakah lantas kemudian kita langsung menghakiminya? Apakah kita langsung menjauhinya? Dan apakah kita mempunyai hak untuk menjelek-jelekannya…? Tentu saja tidak. Karena setiap orang mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing. Mungkin saja kelemahan kita pada suatu hal adalah kelebihan orang lain. Dan sebaliknya, mungkin saja kelebihan kita dalam suatu hal, adalah merupakan titik lemah orang lain. Oleh karena itu, yang harus kita lakukan yang pertama kali adalah memberikan contoh yang baik. Kalau pun masih belum “mempan”, ya berikanlah nasihat, dengan sebelumnya jalinlah komunikasi yang baik, untuk mengetahui sebab muasal kenapa ia bisa berbuat kesalahan tsb. Benar begitu? Dan jika belum diterima dan dilaksanakan juga nasihat kita, maka bersabarlah. Serta senaniasa mendo’akan sahabat kita agar Allah membukakan pintu hatinya. Sungguh, hanya Allah Pembolak-balik hati manusia.

 

Qulil Haqqo Walau Kaana Murron…

 

Pernah dengar kalimat diatas? Yang berarti : “katakan yang benar walaupun pahit..” Ya, terkadang..kita memang harus mengatakan sesuatu yang benar, meskipun itu ‘pahit’. Namun, apakah jika kita sudah mengetahui pil pahit itu akan kita berikan ke orang lain, lantas cara yang kita gunakan juga mesti ‘pahit’ juga? Ibarat akan menelan pil pahit, kita sering menambahkannya dengan madu. Ataukah mencampurkannya dengan buah pisang, agar pahitnya pil tidak begitu terasa. Seperti halnya memberi nasihat, jika sudah tahu nasihat yang akan kita berikan itu ‘pahit’ bagi sang penerima. Apa caranya mesti ‘pahit’ juga? Tentu tidak bukan?

 

“Sesungguhnya tidaklah kelembutan itu ada pada sesuatu, kecuali pasti menghiasinya.

Dan tidaklah kelembutan itu hilang dari sesuatu, kecuali akan menjelekkannya.”

(HR. Muslim no. 2594)

 

 

Semoga Allah menghimpun kita dalam kebaikan dan kebenaran…

 

~*Afra Afifah*~

[Jakarta, 1 November 2008 Pukul 02.00 Dini Hari]

-Sebuah Nasihat Untuk Diri dan Orang Lain-

Komentar»

1. gbaiquni - Oktober 31, 2008

great posting!!!
terkadang pikiran sempit ini selalu brusaha menghakimi orang lain.
kurangñ pemahaman atas kondisi orang lain membuat hati ini salah menilai & memberikan kata yang salah untuk diucapkan.
terima kasih, saya ikut belajar.

alhamdulillah… smg bermanfaat… insyaAllah sama2 belajar..dan terus memperbaiki diri…

2. mahabbahtedja - Oktober 31, 2008

Kata “nasehat” berasal dari bahasa arab, dari kata kerja “Nashaha” yang berarti “khalasha”, yaitu murni serta bersih dari segala kotoran, juga bisa berarti “Khaatha”, yaitu menjahit. [Lisanul Arab, juz 14]

Imam Khaththabi rahimahullah menjelaskan arti kata “nashaha” sebagaimana dinukil oleh Imam Nawawi rahimahullah, “Dikatakan bahwa “nashaha” diambil dari “nashahtu al-‘asla”, apabila saya menyaring madu agar terpisah dari lilinnya sehingga menjadi murni dan bersih, mereka mengumpamakan pemilihan kata-kata agar tidak berbuat kesalahan dengan penyaringan madu agar tidak bercampur dengan lilinnya.

subhanallah, indah nian ya.
“pemilihan kata-kata agar tidak membuat kesalahan”…..

yuk bijak dalam memberi nasehat

barakallahufiik..jazakallahu khairan..

3. mahabbahtedja - Oktober 31, 2008

nasehat apa nasihat ya?
kaidah bahasa indonesia neh…
bindo dulu dapat berapa ya? 😛

waduh sy lupa nih… tp kyknya sih nasehat ya… *tolong koreksi bl sy salah*

fontnya kok ganti?
bagusan yang biasanya Fra…

iya..udah sy ganti lg… tp masih perlu di edit tuh..biasalah..WP..

4. Abu Shafy Al-Fasitany - Oktober 31, 2008

Assalamualaykum Warahmatullah..
Jazakillahu Khoir..
Tulisan yang bagus dan menggambarkan realita. Ana mengambil manfaat yang banyak dari tulisan ukhti, Insya Allah..
Hanya sedikit yang ana masih belum mengerti, sudilah kiranya ukhti menjelaskan..
‘Membangun komunikasi terlebih dulu’ itu maksudnya bagaimana ya? Apakah ada batasan2nya..?
Oiya, sekadar mengklarifikasi,terkadang.., menasehati tak melulu menghakimi.. Tidak.., itu beda.. Nah terkadang qt yang dinasehati itulah yang membangun opini bahwa penasehat itu menghakimi..

Wa’alaykumussalam Warohmatullahi Wabarokatuh…

waiyyak…

membangun komunikasi dsini maxudnya adalah…berusaha “mendekati” sahabat kita itu…sambil mnanyakan dgn baik..knp dy mlakukan ksalahan tsb…apkh sdg lg ada masalah ? dsb…

tentu saja ada batasan2nya…

kalau sahabat kita itu akhwat..bolehlah brusaha mendekatinya lbih dkat lg..tp skiranya sahabat kita itu ikhwan…mintalah kpd sahabat kita yg lain (sesama ikhwan) untuk menasehatinya dgn baik…

soal opini…opini itu muncul jg krn ada byk sebab,,, spt ungkapan ” gk ada asap kalau gk ada api” : )

jadi…ahsan kita memposisikan diri kita jg sbg sang penerima nasihat…agar kita bs lebih berempati…seandainya kita dlm posisi org yg sdg dberi nasihat itu spt apa : )…

wallahu a’lam bish-shawab…

nb: ‘afwan ana blsnya dsini aja ya..dgn mengedit bbrp tulisan dr akhy… demi kemashlahatan bersama insyaALLAH…

5. Abu Shafy Al-Fasitany - Oktober 31, 2008

Upz keceplosan.. Jadi ikut2an curhat.. Gakpapa ya mbak afra..?

iya…silahkan..

Yah, hanya sekadar klarifikasi kepada saudara2 ana yang ana cintai, bahwa ana TIDAK PERNAH mengatakan blog teman2 semua adalah sampah. Kenapa? Karena ada teman ana waktu d kampus dulu tiba2 sms ana, mempertanyakan statement ana tentang mengatakan ‘sampah’, ana bingung, lho siapa yang bilang? Ana berfikir, ini pembaca berasumsi seperti itu, apalagi teman2 yang blogger yang memiliki ‘ikatan psikologis’ sesama blogger. Mungkin hanya satu dua yang salah faham, tapi lebih baik ana jelaskan..
Tetapi memang, ada beberapa hal yang qt tidak sependapat, itu wajar..qt masih sama2 belajar.. Nah ketika itu terjadi, qt tanya pada orang yang lebih berilmu dari qt, bener gak mbak afra?

benar ya akhy… “tanyakanlah kpd org yg berpengetahuan jika kamu tidak mengetahui…”

Mohon masukan mbak afra..
Nasehat dalam KEBENARAN dan KESABARAN. Maka ingatkan ana jika salah, jangan hanya semangati ana untuk sabar, karena itu melenakan..

iya insyaAllah benar apa yg akhy katakan… dan insyaAllah nasihat sy untuk akhy sudah termasuk tulisan sy ini… yg sbrnya dtujukan untuk diri sy pribadi jg… krn sering kali kita “tidak menempatkan sesuatu pd tempatnya..” spt misalnya dlm memberikan nasihat… pdhl, byk hal yg harus dperhatikan dlm memberikan nasihat kpd org lain…supaya nasihat kita bs diterima..sukur2 dijalankan… : )

6. Alex - November 1, 2008

nice posting mbak

alhamdulillah…trimakasih..smg bermanfaat…

7. Alex - November 1, 2008

gambarnya itu lho…..nyang bikin sy suka………..di edit di photoshop yah mbak ?

engga pak.. tp sy ambil langsung dr http://www.photobucket.com

8. Fikri Faris - November 1, 2008

hmm.., subhanallah. Kjadian belakangan ini banyak memberi pelajaran saya tentang nasihat,..salah satunya menurut saya adalah kita harus kenal dengan objek yang ingin kita nasihati, apalagi apabila ia seorang perempuan yang tanggapannya pasti berbeda dengan laki2. Cara berbicara dengan orang yg kita kenal tentu berbeda dengan cara kita berbicara kita dengan orang yg baru kita kenal bukan?

iya..sama hal nya kita jg hrs cerdas mngetahui bhw cara komunikasi antara wanita dgn wanita, laki2 dgn laki2 dan wanita dgn laki2 itu sungguh berbeda…

maka tak bs dpungkiri jg bahwa dlm sbah pernikahan jg sring tjadi “krikil2 kecil” krn perbedaan gaya komunikasi ini… *loh koq jd Out Of Topic? :mrgreen: -maaf, sbg contoh mudahnya saja-

Kedua, nasihat yg terkesan menggurui hasilnya tidak akan seperti yang diharapkan, malah akan memperburuk malah, apalagi kalo ada kesan menuduh. Jelas ini jauh dari definisi nasihat menurut Imam Khaththabi rahimahullah yg sudah diungkap Akhi Mahabbahtedja di atas,..“pemilihan kata-kata agar tidak membuat kesalahan”.

Ketiga, bersabar. Kita tidak dapat buru2 langsung menghakimi teman kita atas kesalahannya. Ada kemungkinan dia memiliki pendapat atau alasan lain, atau hanya belum sempat memperbaikinya.

na’am ..

saya mohon koreksi dari teman2 sekalian jika ada yg salah dari apa yg saya ungkap di atas.

Wallahu’alam.

9. Fikri Faris - November 1, 2008

ohya.., great posting Afra. Pendapatku seven eleven dengan tulisan mu ^^.

thanks brotha… alhamdulillah jk bs bmanfaat~

10. maisonjaune - November 1, 2008

Saya suka dengan postingan afra yang ini…….

Setiap orang punya kesempatan untuk berubah menjadi lebih baik.Bukan hak kita untuk menghakimi seseorang, tetapi kita punya kewajiban untuk menasehati….tentunya dengan cara yang lembut….

alhamdulillah…jazakallahu khairan akh shadri…

11. yulism - November 1, 2008

Nasehat yang sangat bagus mbak Afra, terkadang kita tidak meyadari bahwa mksud baik kita jika disampaikan dengan cara yang keras dan tidak menyenangkan akan berpengaruh berbeda pada penerimanya. thanks

benar skali mba yuli : ) u re welcome 😉

12. Fariha - November 1, 2008

ea dipuji bukan syekh puji z

apaan seh juu? 😛

13. aldohas - November 1, 2008

postingan yang bagus…
tinggal bagaimana mengemasnya sebaik mungkin.
Asalkan jangan kebablasan hingga esensi pesan aslinya malah jadi gak dapat

alhamdulillah..trimakasih atas masukannya..

14. ghani arasyid - November 1, 2008

Subhanallah, bagus sekali…
pasti ini salah satu tugas kuliah atau penelitian anti.
kok kayaknya Ilmu Komunikasi banget™ ya? 🙄

Masya Allah..bukan koq akh…ini hanya coret2an saya biasa…

Ya, benar sekali…
kita semua belajar dari kesalahan.
sungguh tiada manusia yang langsung benar.

Ini apa ada hubungannya dengan masalah PR2-an itu?

iya : ) krn dlm komentar sy di blog akh bayu…sy mnulis komentar yg brisi bahwa sy akan menulis ttg hal ini… dan qadarullah ada yg mengingatkan sy tuk mnuliskannya…

15. Dalila Sadida - November 1, 2008

🙂

😉

16. ariefdj™ - November 2, 2008

Secara supaya gak masuk dalam kategori manusia yang merugi, maka kud jadi orang beriman yang berbuat kebaikan, dan saling menasihati untuk kebenaran, dan saling menasihati untuk kesabaran…dan, karena diawali dengan pesan ‘demi waktu’, mungkin hal2 seperti di-atas itu kudu memahami dengan apa yang Afra sebutkan sebagai Proses..

Emm.. Nica posting..

trimakasih pak arief…alhamdulillah smg bermanfaat~

17. agungfirmansyah - November 2, 2008

Subhanallah….

Ga ada nikmat Allah yang bisa saya dustakan.
Sekali lagi, saya dapat pelajaran berharga dari empunya blog ini.

Menghargai orang lain, bersikap lembut terhadap orang mukmin, sungguh bukanlah suatu tindakan yang mudah dilakukan. Tapi insya Allah bisa dilakukan.

alhamdulillah… iya, insyaAllah kita bs bersikap lembut kpd saudara kita sesama muslim

18. Abu Shafy Al-Fasitany - November 2, 2008

Postingannya bagus.. Tambahan dari teman2 juga bagus..
Faktanya, diantara qt semua ada yang..:
Menasehati dengan keras dan ‘memaksa’ nasehatnya dituruti.., disisi lain ada yang..
Menolak nasehat dengan alasan penasehat bodoh, tidak hikmah dll..

Seharusnya.. Sebagaimana yang dijelaskan para Ulama dan disampaikan asatidz.., Ahlussunnah itu..
Ketika MENASEHATI, lemah lembut, atas dasar ilmu (hikmah), tidak memaksakan nasehatnya harus dituruti.. (bahkan mentahdzir saudaranya yang tidak menerima nasehatnya)
Ketika DINASEHATI, menerima kalau itu benar, membantah bila tidak sesuai dalil (bukannya menggalang kekuatan, tapi bahas ilmiah), tidak menolak dengan alasan penasehat bodoh, tidak hikmah dll..

Qt masing2 Instropeksi dirilah.. Ana sendiri baru mengenal manhaj ini, masih banyak yang belum ana ketahui..
Jadikanlah tulisan mbak Afra ini nasehat yang bermanfaat buat qt, sudahkah qt bersikap selayaknya seorang MUSLIM dalam MENASEHATI dan DINASEHATI? Terus belajar yuk…

: )

19. Zulmasri - November 2, 2008

Pertama tanggapan kata nasehat. Ini kata tidak baku. Kata bakunya nasihat. Sering saya temukan juga kata ijin di blog lain. Seharusnya ditulis izin.

trimakasih pak guru : )

Ok, sebentuk penghargaan, tulisan terbaru Afra akan terpantau langsung di blog saya.

alhamdulillah,..trimakasih lg pak zul : )

20. l5155st™ - November 2, 2008

untuk penerima nasehat :
Terima-lah nasehat…karena sepahit apapun nasehat, ia merupakan obat wahai teman – temanku…

dan

untuk pemberi nasehat :
Nasehati-lah teman – temanmu dengan nasehat yang ia mampu terima dan ia cerna, jangan kau nasehati mereka dengan bahasamu…
Jangan kau nodai nasehat indahmu dengan keburukan akhlakmu serta kusamnya wajahmu…

terima kasih, ukhtuna fillah…jazakillahu khairan.

waiyyak akhy…

21. unga - November 2, 2008

lakukanlah semampu-mampumu
melihat dari sudut pandang yang berbeda dengan tutur yg santun dan merangkul…
di pahamkan dengan hati yg benar dan dimulai dari diri sendiri…….
*senyum*

iya ka unga : ) trimakasih atas nasihatnya 😉

22. Sadat ar Rayyan - November 3, 2008

dengan pemilihan kata-kata, cara penyampaian, dan pemilihan sarana dakwah dengan tetap mengindahkan norma syari’at. saya rasa itulah bagaimana cara kita mengatakan sesuatu yang benar terutama pada generasi muda agar tak dirasa ‘fahit’.

setuju apa yg dituliskan al akh Abu Shafy. Instrospeksi diri dan terus belajar tuk menghilangkan kejahilan kita dan kemudian kejahilan oerang lain.

insyaAllah…smg Allah memudahkan kita smua tuk memperbaiki diri dr hari ke hari… : )

23. umybilqis - November 3, 2008

subhanallah bu guru ini emang pinter….. 😉

afra biasanya aja koq ukhty….alhamdulillah’alaakullihal…

24. Prasetyo Muchlas - November 3, 2008

Iya bener, semua butuh proses.. seperti halnya saya.. ketika dulu belum tau lebih banyak tentang agama yang haq ini (Islam)
Agama adalah nasihat..
Serulah manusia ke jalan Rab-mu (Alloh) dengan hikmah, serta pengajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. {An Nahl : 125}
Tugas kita adalah menyampaikan bukan menghakimi.., di dalam Fathul Majid Syarh Kitabut Tauhid karya Syaikh Abdurrahman Hasan Alu Syaikh , bahwa memberi hidayah adalah hak Alloh.
para Nabi dan Rasul terdahulu juga hanya sebatas pemberi kabar gembira dan peringatan, menegakkan kalimat Alloh agar menjadi yang tertinggi, bukan menghakimi seseorang lantaran mereka masih belum paham tentang Islam, karena mungkin Hujjah belum sampai kepada mereka.. wallohu a’lam

syukron atas komentarnya..jazakallah khairan …

25. 37degree - November 3, 2008

i really love the poetry…
nice…

nice poem
nice written ^^

thanks a lot…

alhamdulillah…

26. riafvanti - November 3, 2008

yah… hidup memang sebuah proses, seperti sebuah persahabatan… sahabat, terima kasih telah membersamaiku selama ini, dalam suka, dalam duka, kau tetap menggenggam erat jemariku… oleh karena itu, aku ingin memberikan butterfly award ini kepadamu, karena persahabatan telah mengubah kita seperti halnya waktu yang mengubah kepompong menjadi kupu-kupu 🙂

trimakasih iva 😉

jazakillah khairan atas award yang diberikan ^_^

27. aboezaid - November 3, 2008

barokallahu fiikum…al-aslu fid da’wah bil rifqi wal liin..

wafiikbarakallah…

wah, ana jadi inget buku ust. abdullah zaen hafidzohullah… 14 Contoh Hikmah dalam Berdakwah…buku ini sangat layak dibaca oleh juru dakwah dan para penuntut ilmu…juga oleh siapa pun…

syukron ats referensi bukunya akh…

teruslah berdakwah mbak, amar ma’ruf nahyi munkar, dengan hikmah…

insyaAllah…

akan tetapi lemah lembut, bukan dengan menghalalkan segala cara, atau terlalu bersikap lunak…
karena hikmah dalam dakwah, dengan menempatkan sesuatu sesuai pada tempatnya…

na’am akhy…

keras dalam dakwah pun kadang diperlukan, terutama untuk menasihati atau mebantah para pengusung kebatilan dan kemaksiatan, tapi harus dengan cara yang baik, lembut.. ingat wahai saudaraku, “keras” berbeda “Kasar”…

ya : )

inilah yang kadang sering tidak dipahami oleh sebagian ikhwah, mungkin termasuk pada diri kita sendiri…

semoga Allah selalu menjaga kita, semoga kita menjadi wasilah agar orang lain mendapat hidayah dari Allah, bukan untuk membuat orang lari agama…

amiin yarabbal’alamiin…

28. aboezaid - November 3, 2008

bisa pula mengunjungi artikel di sini http://salafiyunpad.wordpress.com/2008/10/29/adab-adab-bagi-seorang-da%E2%80%99i-ilallah-3/

jazakallahu khairan…

29. kopitawar - November 3, 2008

semoga kita bisa menjadi orang-orang yang mudah menerima nasihat dan bisa menasihati dengan hikmah,
kedua hal tersebut sangat sulit dan manusia selalu berproses,
tabiat manusia memang mudah melihat kejelekan org lain dan sulit melihat kejelekan diri sendiri
na’udzubillaahi min dzaalik

seperti judul yg dikasih afra: menghargai proses diri dan org lain, pun dalam nasehat menasehati 🙂
biasanya waktu pertama2 ngaji semangat tinggi sekali, terkadang main menasehati org tdk secara hikmah.. namun insyaAllah makin lama ngaji bukan membuat semakin keras tp seharusnya semakin lembut.. dan seperti kata Afra, proses setiap org berbeda2 🙂 tugas kita sebagai sama2 org yg belajar dan saudara seagama, tetap belajar dan saling menasihati

oh ya, yg ngasih nasihat harus bersabar bila nasihatnya ga diterima bukan? dan yg diberi nasihat juga jgn mudah dongkol dinasihati…toh sekiranya sebuah nasihat terdengar seperti celaan, bukankah seharusnya pujian dan celaan tidak mempengaruhi hati kita.

jangan lupa, bila tidak ada maslahat menasihati di depan umum, yg baik menasihati di belakang

wallahu ta’ala a’lam

**manusia yg selalu berproses selama hayat dikandung badan**

jazakillah khairan kk ku : ) barakallahufiik 😉

30. tren di bandung - November 3, 2008

manusia bukan makhluk yang jago terbang kaya burung,
tapi kemudian ia bisa melanglang angkasa.
manusia bukan makhluk yang jago berenang kaya ikan,
tapi kemudian ia bisa mengarungi lautan.
manusia bukan makhluk yang jago berlari kaya kuda,
tapi kemudian ia bisa berpindah dengan cepat.

semuanya tidak diberikan sebagai keahlian bagi manusia
mereka hanya ditantang dengan alam yang berat
dan diiming-imingi syurga, itu saja.
maka mari mulai berproses…

iya pak…insyaAllah..btw, bapak ini slalu pintar dlm merangkai kata ya : )

31. akh syam - November 4, 2008

asslm..

–>(salamnya jgn di singkat yah 😀 –> assalamu’alaykum)

wa’alaykumussalam warohmatullah…

ukhti ane setuju
nasehat terbaik adalah kelembutan dan suri teladan
stay istiqamah..

na’am..insyaALLAH…

32. rismaka - November 4, 2008

Bu…? Lagi dimana? Kok Sang empunya blog ga nongol?

yap. hadir pak…

Hmm..no comment. Tapi subhanallah ana menemukan postingan yang begitu berbobot di sini.

“afra afifah”, nama tsb muncul di mimpi 3 hari yang lalu. Tiba2 kok jadi pengen maen..eh taunya ada postingan ini. Qodarullah…

wah koq bisa? jangan2?…mau ngasi nama anaknya afra afifah ya pak? waduh… tambah pasaran lg deh nama saya :mrgreen:

33. David Pangaribuan - November 4, 2008

Salam kenal ya Mbak, Posting yang sangat menarik “Hidup adalah proses”. Pendapat saya pribadi : “Hidup adalah pilihan” menjadi apa dan seperti apa atau bagaimana kehidupan kita adalah serangkaian pilihan. Dimasa kecil kehidupan kita jalani, adalah serangkaian kegiatan yang merupakan pilihan orang tua kita. Dimasa dewasa disaat kita mandiri Hidup merupakan pilihan kita sendiri, apapun pilihan yang kita tidak menjadi suatu masalah, kita harus bertanggung jawab dengan pilihan tersebut.

Baik buruknya hasil dari pilihan yang kita lakukan adalah konsekuensi, kita dapat belajar dari pilihan yang lampau untuk mencapu kehidupan yang lebih baik.

Salam

yap, life is about a choice…

trimakasih atas komentarnya yg bagus mmm mas/pak david…

34. hikmah - November 4, 2008

im in ur hand sist 😀

imaaaaaaa ^_^

35. Kaka - November 4, 2008

betul sih semuanya ada prosesnya..
http://asephd.co.cc

iya : )

36. qanaahsholihah - November 4, 2008

Assalamualykum.. ms.Rain, how r u dear?any st0ry b0ut rain Neh? Nice p0sting ukh. Keep on writing.miss ur visit;)

Wa’alaykumussalam Warohmatullah…

i am fine sista 😉 alhamdulillah…

ok, i’ll visit your blog asap kak : )

37. shavaat - November 4, 2008

Tulisan yang bijak, Afra…

alhamdulillah…smoga bermanfaat ya..

38. Tea - November 4, 2008

Salaam Afra… 🙂

wa’alaykumussalam : )

Hidup memang adalah pilihan, dan setiap pilihan ada konsekuensinya. Simpel dikatakan tetapi sulit untuk dikerjakan.

Semoga Allah selalu menjaga dan membimbing kita, amiiin…

amiin ya rabbal’alamiin : )

39. nh18 - November 4, 2008

Ya Rainlover betul sekali …
“Katakanlah yang benar sekalipun itu Pahit …”
…. dengan cara yang “manis” tentu …

Pasti akan lebih “mak nyus” …

iya pak..betul 😉

40. bluethunderheart - November 4, 2008

pasti ku kan baca tulisan ini berulang ulang karena ada nasehat yg bisa ku ingat
selamat siang dan salam hangat selalu

alhamdulillah….smg bermanfaat ya pak..

41. afwan auliyar - November 5, 2008

Karena hasil ada di tangan ALLah 🙂
krn itu hidup adalh sbh proses

iya ^^

42. fitri - November 5, 2008

nasehat adalah tanda cinta…..
tapi ternyata cinta tak selalu indah dipandang mata.

hihi..ga jelas yah ^_^

jazakillah khayran afra

cinta… tak selalu indah dipandang mata…iya benar fitri-chan 😉
krn cinta (mnurut afra) adalah sebuah kesatuan di dlmnya… kesatuan dr berbagai emosi yg qt miliki..emosi ingin memiliki…emosi kasih dan sayang…emosi cemburu…emosi marah… dll 😉

hehe afra jg gk jelas nih 😀

waiyyaki fitri-chan 😉

43. cheya - November 5, 2008

artikel yang menyentuh…. btw tuker link yukzz kak… mampir dunk k blog aku http://cheya.blogspot.com thxxx 😀

alhamdulillah..smg bermanfaat ya dik..hehe

ok2…segera meluncur… :mrgreen:

44. fetro - November 5, 2008

nasihat yang disampaikan dengan kelembuatan pasti lebih bisa diterima, apalagi disampaikan oleh penasihat yang baik akhlaknya.

benar sekali pak… : ) trimakasih atas komentarnya…

45. yodama - November 5, 2008

Kalimat “Hidup adalah…bla..bla..bla..” lg booming niy. 😀

Jadi, hidup tdk hanya sekedar perbuatan. Hidup adalah pilihan. Tapi, hidup jg adalah sebuah proses. Dan jg, hidup adalah sebuah perjuangan yg tentunya memerlukan pengorbanan.

Siapa takut hidup, mk mati saja. Dan siapa takut mati, mk jgn hidup. *wedew, kok jd muter2 gini*

anyway, postingannya indah, penuh dg nasihat dan hikmah.

alhamdulillah..smg bermanfaat ya akh…

46. hmcahyo - November 6, 2008

cool.. jadi inget tulisan Covey… seek to understand 🙂

covey siapa ya pak? : )

47. fitri - November 6, 2008

setiap org akan terus berproses hingga akhir hidupnya.
sepertinya kurang bijak yah mengatakan si fulan begini dan begitu.
kalau pun ada kesalahan yg sepertinya sifulan tau ilmunya.ahsan dinasehati dengan cara yg ma`ruf.nasehati dr hati kehati jangan didepan public…dan yg terpenting jangan menyembunyikan identitas karena nantinya serasa di teror…

begitu yah?
`afwan jika ada kesalahan .mohon dikoreksi ^_^

sepertinya comment di no 42eror,hehehe

benar sekali neng fitri 😉 jazakillah khairan 😉
btw, error knp yah? hehe

48. awisawisan - November 6, 2008

assalaamu’alaykum

af, diri ku mnta maaf ya… 😀

wa’alaykumussalam cinta 😉

sama ya say…afra mnta maaf juga…tp, kamu sih yg sharusnya lbih sring mnta maap ama aku 😛 hihihi.. *engga..bcanda 😛 *

49. Tuyi - November 6, 2008

nice post and the nice blog..

thank you~

50. bayu200687 - November 6, 2008

lima puluh!
semakin dibaca semakin indah…
…salam ya klo ketemu mba alvin…

yup. lima puluh~!

alhamdulillah smg bermanfaat yah…

iya, insyaALLAH mdh2an sy ktemu lg dgn ummu zaid…dan si zaid yg pipinya tembem banget itu 😀

51. abu thalib al atsary - November 7, 2008

Makasih Fra tulisannya…kalo boleh nambahin:

…”Kullu ibni Adam khotho’un..wa khairu khotho’i at Tawabuu”…

Sebagaimana dalam hadits itu tadi…manusia bukanlah sesuatu yang dari awalnya baik dan sempurna…tetapi ia adalah sesuatu yang diharapkan mampu untuk tumbuh dan berkembang menjadi dewasa dengan belajar dari kesalahan-kesalahannya. Saya kira kita semua belajar…dari hidup .. dari kesalahan2 yg dulu. Hanya masalah cara belajar kita, waktu yang diperlukan dan kemampuan kita serta kesanggupan kita mendewasakan diri saja yang membedakan…

do itashimashite abu hibban-san…
trimakasih jg tlah mengingatkan saya akan janji saya tuk mnulis tulisan ini…

jazakallahu khairan atas komentarnya…

salam buat ka pipit (yg diem2 jg lg blaj buat puisi ‘hujan’ :mrgreen: ) n hibban-chan yg imut n lucu…

barakallahufiikum

52. masbadar - November 7, 2008

BELAJAR emang GAK ADA MATINYA..terutama belajar memberi dan menerima..
“Life is an everlasting loving, and love is an everlasting giving, keep giving and sharing your view through this blog..

yup..u re rite…thanks for ur comment~

53. Muhammad Taufiq - November 7, 2008

Bu, apa boleh saya minta alamat email Ibu? Jazakillah.

alamat email sy : chaniagovs@gmail.com

waiyyaki… tp emm….sy blm jadi ibu2… tp gpp…makasih doanya..

54. kopitawar - November 9, 2008

mba alvin yg dimaksud akh bayu ummu zaid alias ummu inan-kah?

yup…100 buat ka Le..1000 buat afra :mrgreen:

55. rismaka - November 9, 2008

Fra, bisa share pengalamanmu ga di postingan teratasku? Ditunggu ya..

ok, insyaALLAH..dtunggu pak…

56. amir - November 10, 2008

assalamu’alaikum…bisa pula kunjungi artikel di sini:

http://salafiyunpad.wordpress.com/2008/11/10/rahasia-kesuksesan-dalam-berdakwah-renungan-untukku-dan-untukmu/

wa’alaykumussalam warohmatullah…

syukron..

57. nazhara - November 13, 2008

pas banget, mbak… makasih nasihatnya…

sama-sama : )

58. nazhara - November 13, 2008

ijin melink di mp saya ya, mbak… makasih sblmnya…

trimakasih jg yaa..sama2..

59. panah hujan - November 15, 2008

makasih nasehatnya, sist 🙂

salam kenal..

*sesama pecinta hujan* >:D<

trimakasih kembali : )

salam kenal jg yaa…

60. mencarimaknahidup - November 16, 2008

cuit-cuit…oke banget sih Af…

hehehe apaan sih ^^

61. sagung - November 23, 2008

Setiap orang itu unik tapi ndak ada yang paling sempurna. Percayalah.

Penyesalan selalu ada di akhir. Dari situlah kita belajar.

yaa : )

62. Abu Aisyah Almadaniy - November 25, 2008

Assalamualaikum…..

Wah,subhanalloh tulisannya yah…..
Benar,Kita harus menghargai proses diri, orang lain dan kita tdk scara asal dlm hal menasehati dan kita harus saling menasehati orang lain kalo kita mampu apalagi sesama muslim.

Perhatikan, Fahamilah serta Tadabburilah Qur’an Surat AL-ASHR ayat 1-3, surat yang cuma 3 ayat ni sangat penuh makna karna orang yang saling menasehati sesama saudaranya maka orang tersebut tdk berada dalam kerugian…..,justru orang yang saling menasehati adalah orang yang sangat beruntung…

Sampai-sampai IMAM SYAFI’I berkomentar tentang surat AL-ASHR ni,
Qoola Imam Syafi’i:
”LAU MAA ANZALALLOOHU HUJJATAN ILAA KHOLQIHI ILLA HADZIHIS SUUROH LAKAFATHUM ”

Dan dalam hal menasehati itu harus mempunyai ADAB, Sbagaimana yang Dikatakan oleh Imam Syafi’i

Qoola IMAM SYAFI’I :
” Ta’ammadnii Binush-hika Fii Infiroodi
Wajannibnii An-nashiihata Fil Jamaa’ah
Fainna Annush-ha Baina Annaashi Nau-‘un
Minat Taubiikhi Laa Ardho Istimaa-‘ah
Wa In Khoolaftanii Wa Ashoyta Qoulii
Falaa Tajza’ Idzaa Lam Tu’tho Thoo’ah
(( Diwan Imam Syafi’i , Bab; Min Adabi An-nashiihati no: 85 ,Al-Qith’ah Minal Waafir/ Al-Bahr Waafir, Qoofiyah Al-mutawatir ))

Smoga kita smua termsuk orang-orang yang mau menerima NASEHAT…..amin

Hayyakillah Wa Bayyak…amin

63. Alladina khairan - Maret 17, 2009

Assalamualaikum…
Subhanallah..
Tulisan Mbak sepertinya g’ da yang g’ bagus..
Saya sedang baca buku Mbak yang pelajaran menjadi penulis..
Bagus bgt lho..
Banyak membantu dalam karya – karya Rie selanjutnya..
makasih ya Mbak…
Semoga suatu saat Allah mempertemukan kita, sama pada saat Mbak beertemu dengan Mbak Asma Nadia…
Penuh Perjuangan…

Doakan Saya Mbak bisa mengikuti jejak Mbak…

Walau pun Agak malas Karena g’ ada Fasilitas yang saya miliki..
Walau saat ini saya mengiba pada teman yang punya fasilitas..

Di Zaman ini, tanpa Fasilitas, apakah seseorang dapat mengembangkan apa yang di cita – citakannya?

64. Pasa Firaya, ST - Mei 14, 2009

Berkunjung dan baca infonya, mudah-mudahan bermanfaat bagi banyak orang, sukses ya.
I Like Relationship

thx

65. muttaqin - Januari 10, 2010

afwan ana minta ijin copi tulisannya

66. Rheea - Januari 20, 2010

Assalamualaikum…..
subhanallah tulisannya indah ya ukhti
^^d
oya…slam kenal dr ana
Alhamdulillah mba afra sudah menyempurnakan separuh dien-Nya
hmmm…jadi iri, padahal umur kita tak jauh beda
sama2 kelahiran tahun 88 (mhon doanya y smoga Allah cepat2 memberikan yg terbaik >.<)

boleh mnt izin copi tulisannya ya…jzkllh khoir

wa’alaikumussalam warohmatullah : )
silahkan ukht 🙂 wa jazakillah khayran : )


Tinggalkan Balasan ke aboezaid Batalkan balasan