Pada Suatu Pagi Hari Juli 2, 2008
Posted by Afra Afifah in Sang Pujangga.Tags: Sapardi Djoko Damono
trackback
Maka pada suatu pagi hari
ia ingin sekali menangis
sambil berjalan tunduk sepanjang lorong itu…
Ia ingin pagi itu hujan turun rintik-rintik
dan lorong sepi…
agar ia bisa berjalan sendiri saja
sambil menangis dan tak ada orang bertanya
kenapa…
Ia tidak ingin menjerit-jerit berteriak-teriak mengamuk
memecahkan cermin membakar tempat tidur…
Ia hanya ingin menangis lirih saja
sambil berjalan sendiri
dalam hujan rintik-rintik di lorong sepi pada suatu pagi.
~*Sapardi Djoko Damono*~
[ 1973 ]
Je suis vraiment comme cette poésie. Ainsi bonbon.
..eh.. kira2, gw demen bgt ama puisi tsb, isinya menyentuh sekale.. 🙂
T_T yup keren fra huaaa hihihihi…goede…=P
Subhanalloh…puitis banget plus gambarnya cakep banget!
mengharukan… motonya dari dalem mobil ato gimana fra ? 😀
kira-kira kenapa ia ingin menangis tanpa diketahui orang lain? terus, kira-kira kenapa ia inginnya menangis pagi-pagi? padahal biasanya orang nagis malam atau dini hari.
ups, ia juga ingin agar tak ada orang yang bertanya kenapa, ya….
puisi ini, sungguh memancing (sekaligus menunjukkan) sifat dasar manusia, yaitu sifat sosial. termasuk sifat ingin tahu tentang orang lain, tentang apa yang dialami atau kejadian apa yang menimpanya. mungkin itu sebabnya diselipkan kata agar “tak ada orang yang bertanya kenapa”, karena pasti saat melihat orang menangis, kita akan bertanya, “kenapa?” dan anehnya, meskipun sudah diingatkan agar tak bertanya, kita akan tetap bertanya, “kenapa?”
simpel, tapi dalem.
ngomong-ngomong soal gerimis.
hatiku juga sedang gerimis nich,
karna lagi gak ada uang. he..he…
fotonya ituh lho Ra…
jadi cinta hujan juga nih sayanya 🙂
Btw, kamu ambil puisi itu kenapa yah? Sepertinya beberapa puisi yang kamu ambil atau kamu cipta temanya sama…Menyentuh…namun menggambarkan hati yang terluka, sepi, sedih…
gambar di atas mengingat kan saya waktu sendiri..
di temani langkah ku sendiri,hujan 2 ku berjalan di sebuah lorong kosong menuju rumah kost ku …
6 thn yang lalu di Rajawali selatan
unga tau knp afra selalu masukin unsur yang sama dalam setiap puisinya… *lirik2 afra he2
karena seorang afra itu, mempunyai kedalaman emosi yg tidak bs diukur, sepi…
hehhehehhehe
permisi afra…. wah dah malem.. bobo ah.. pluk afra…
makassar 2.08 pm
kurindu senandung hujan
berpirau guyuri kota pada catatan pagi
dan suara-suara yang lepas
mengiringi ketipak langkah di peneduhan
(duh fra, kembali puisi sapardi, the best penyair lirik-imaji indonesia mutakhir)
waaahhh
ws pernah ngopas potonya tuh dulu, af…
ihik…
sapardi, inget jaman SMA dulu. kalo dah bawain puisi beliau (ciee) udah gak inget tuh ama yang namanya “muka ditaro dimana” 😀
puisi sederhana tapi ndalem gitu 🙂
salamhangat,
kembali berbagi cerita..
bagus banget
pasti buatnya dengan segenap jiwakan?
wew…emang harus sabar dan tabah yach ukhty afifah…semoga anda tidak pernah merasakannya..atau kalau terjadi diminimalisasi aje ye.n_n
pagi hari gerimis?
sedih… 😥
– – –
Making my way downtown. Walking fast. Faces pass. And I’m home bound…
pak sapardi memang OK……
simpel tapi jerooooo 😀
puisi “ku ingin” aja udah mendarah daging……
kayak rendang padang,,, soto betawi, bakso malang, siomay bandung……… apalah pokoknya ngetop n terngiang-ngiang
btw bulan lalu ku beli buku puisi baru lho bu….
tapi bukan antologi… justru buku metodologi ttg puisi
menurutku bagus,, dan ga ngebosenin
bukunya pak Hasan Aspahani
isinya ada wawancara ama pak apardi juga loh…..
hehehe.. kok jadi iklan yah… btw, pak hasan komisi saya brapa tuh? HUehehehe 😀 😆
waww.. keren.
iyah ralat beberapa kesalahan ketik diatas …muuph bu,,,,,,,,
“ku ingin” —> aku ingin
wawancara ama pak apardi —————> wawancara ama pak Sapardi
jeroooooooooooo itu artinya daleeeeeeeeeeeeeem bu,,,
jadi, jeroan = daleman (oow, jangan ngeres yah!! :D)
pinjem… mmmmmh……. boleh gak ya?????
boleh deh tapi pinjem dulu hadiah dari elfata nyah…..
heheheheeeeeeh
gimana, HuayOOOOOOO….
buku baru-nya biar aQ kuwel-kuwel duluan :)) hihihi…
Assalamualaikum.
Pada waktu pagi hari Menangis ini adalah suatu hal yang Ma’qul….
Wassalamualaikum
Terkadang seseorang perlu waktu untuk menyendiri. Jauh dari hiruk pikuk kehidupan. Hanya ingin sendiri saja.
fraaa ima seperti merasa yang nulis puisi itu T_T
Langsung jatuh cinta ketika pertama membaca puisi ini di perpustakaan sekolah. Sebagai orang yang awam, puisi-pusi Sapardi Djoko Damono cukup mewakili perasaan-perasaan yang gamang tapi penuh cinta.
Seperti yang satu ini, aku ingat betul, saat membacanya, sepertinya aku sedang berada di lorong itu pada pagi hari saat hujan turun.
Biasanya, jika ingin menangis, aku hanya ingin sendiri saja bersama hujan. Karena derasnya akan menyamarkan suara tangisku. Suasananya akan sangat romantis…
Sampai derasnya habis, maka tangisku pun akan mereda.
Bau tanah basah kemudian menjadi sesuatu yang menenangkan hati…
Satu lagi pusi Sapardi tentang hujan yang aku suka “Hujan Bulan Juni”
(ikut-ikutan ah…hehe)