Nge-Batik

Seperti biasanya, setelah kuliah usai, aku dan sahabat-sahabatku makan siang bersama di kantin. Kantin yang biasa kami datangi adalah KanSas (Kantin Sastra). Karena kami bukanlah mahasiswa FISIP yang mencintai kantin sendiri 😀 . Aku saja baru sekali makan di kantin FISIP. Itu juga sewaktu masa orientasi mahasiswa dan dibujuk oleh teman-teman dari fakultas lain. Kalau tidak, jangan harap aku mau makan di kantin sendiri. Bukan karena makanannya yang tidak enak atau harganya yang lumayan. Tapi cenderung rasa ketidaknyamananku dengan lingkungan sekitar. Asap rokok, baju-baju ketat, rok mini. Ah cukup sudah.

Kembali lagi ke topik awal. Mungkin karena sudah bosan juga makan di kantin sastra, dan juga sudah sering menyicipi makanan di kantin-kantin fakultas lain. Seperti FMIPA, FKM, FPsi, Fasilkom, dll. (Kecuali Kantek—Kantin Teknik–) hehe sampai kapanpun kalau tidak terpaksa mungkin kami tidak akan mau makan di kantin fakultas yang kebanyakan berisi kaum Adam ini. Gak nyaman? Ya, hal itu sudah tidak diragukan lagi. Nah karena bosan itu, aku dan sahabatku pergi ke jalan margonda. Sambil mencari tempat makan yang murah dan nyaman tentunya. Setelah lama mencari dan kami tidak menemukan kesepakatan sementara perut sudah meraung-raung :D. Akhirnya, Solaria DeTos (Depok Town Square)-lah yang jadi pilihan kami. Beruntung kemarin kami baru gajian, kalau tidak, mana mau kami makan disitu? Hehe 😀

Setelah makan, kami langsung pulang untuk kembali ke kampus, karena masi ada kuliah selanjutnya. Namun di tengah perjalanan menuju tempat parkir, kami lihat ada stand-stand khusus yang menjual perabotan dan aksesoris bernuansa Jawa. Langkah kami pun terhenti karena tertarik melihat-lihat benda-benda kebudayaan negri kita ini.

Di salah satu stand juga terdapat alat peragaan batik tulis beserta kainnya. Wah, pengen coba nih, pikirku. Setelah meminta izin ke penjaga stand, aku dan sahabatku pun langsung berbatik-batik ria.

Batik ngasal. Hehe. Ternyata tidak mudah ya. Butuh kesabaran untuk membatik. Selain juga harus mempunyai jiwa seni yang tinggi. Aku yang tidak punya jiwa seni, sangat tidak berbakat dalam ukir-mengukir 😀 akhirnya aku tulis aja namaku di kain itu hehe (narsis).

Iklan