jump to navigation

Dilindes Mobil September 28, 2010

Posted by Afra Afifah in Lembar Kehidupan.
trackback

Pernah ngerasain dilindes mobil? Uhuhuhu, jangan sampe ya… tapi saya pernah! Qodarullah wa maa-syaa-a fa’ala* Kejadiannya hari kamis pekan lalu, setelah saya mengantar suami ke sbuah perusahaan di jalan Tb Simatupang, Jakarta Selatan. Jalanan pagi itu maceettt sekali, masyaallah.. padahal sudah menggunakan motor, tetap saja sulit untuk bergerak. Hal ini pula yang sering membuat saya bertanya-tanya, apa para pengendara mobil itu tidak stress menghadapi kemacetan Jakarta stiap hari??

Sebelumnya, di depan Citos (Cilandak Town Square), motor yang saya kendarai sudah ditabrak dari blakang oleh seorang “mas2”, cukup kencang, alhamdulillah yang penyok cuma plat nomer saja. Sempat kesal juga dengan orang tsb, lah wong lagi macet gitu ko bisa-bisanya nabrak dari blakang? Dikejar setoran kali ya.. wallahu a’lam.. ya sudahlah..

Tiba di lampu merah perempatan departemen pertanian, (lurus arah depok, kiri arah mampang, kanan arah ragunan) saya pun berhenti, menanti lampu hijau. Lampu hijau pun menyala, saya siap-siap mengangkat kaki saya dari aspal sambil pelan-pelan menge-gas motor saya, namun tiba-tiba, saya rasakan kaki saya sakit sekali, saya pun tidak bisa menjalankan motor saya, karena kaki kiri saya sudah berada tepat dibawah ban sbuah mobil avansa hitam. Ya Rabb, sakitnyaaaa… 😥 namun ternyata pengemudi avansa tsb tidak sadar jika iya sedang melindas kaki saya, spontan saya pun menggebrak-gebrak bagian depan mobil tsb dengan tangan kiri saya sambil sedikit berteriak, dan tentu saja, menahan sakit. “pak!! pak!! kaki saya pak!!”, meski belum tau perempuan atau laki-laki yang mengendarai mobil tsb, bgitulah triakan saya. Pun setelah kaca mobil tsb terbuka, ternyata benar, pengemudi tsb seorang laki-laki dengan membawa seorang penumpang yang juga laki-laki. Tetap saja pengemudi tsb belum “ngeh” kalau mobilnya masih melindas kaki saya.. Astagfirullah…. Akhirnya setelah “ngeh” barulah kaki saya bisa terlepas, dan ya..sakit sekali… tak kuasa saya dengan sdikit bersuara keras mengatakan padanya”Hati-hati dong pak kalau jalan!! Liat-liat!!” eh eh eh… malah saya yang kena marah balik, “mbak tuh yang salah..!!” “HAH???” salah gimana?? Tangisan saya pun meledak, saya tinggalkan saja bapak-bapak tsb, dengan pelan-pelan mencoba mengendarai motor dengan kaki yang sangat sakit..ternyata, saya dan mobil tsb terjebak lampu merah lagi. Saya merasa saya tidak salah, saya yakin itu. Bukankah hal yang wajar jika lampu merah, maka kedua kaki saya pun menginjak aspal?dan toh saya ada di sebelah kanan depan mobil tsb, ketika lampu hijau, seharusnya, pengemudi mobil tsb sdikit bersabar untuk memberikan kesempatan kepada para pengendara motor untuk jalan duluan (yang memang berada di depan dan samping kanan mobil tsb).

Tapi bgitulah musibah, qodarullah wa maa-syaa-a fa’ala*, saya pun terus menangis selama menunggu lampu hijau lagi. Saya sudah tidak peduli sekitar saya, apakah ada pengendara motor lain yang bertanya “kakinya gak knapa2 mbak?” saya tidak peduli..saya terus menangis menahan sakit.. sedih karena suami saya tidak berada disitu..i need him so much for that moment…

Lampu hijau menyala, saya pun mulai menjalankan motor saya kembali, dan masih-tetap-menangis.. di depan departemen pertanian, saya berhentikan motor saya, untuk mengecek apakah kaki kiri saya baik-baik saja.. Namun ternyata, ada seorang bapak pengendara motor yang peduli terhadap saya yang meliat kejadian tsb, lalu memberhentikan motornya juga.. dan tak disangka, mobil avansa tsb pun berhenti diblakang saya.. .Alhamdulillah sudah tidak dengan amarah, kedua bapak-bapak yang berada di mobil tsb menanyakan keadaanku, tapi tetap saja mereka mrasa tdk bersalah, meski mau bertanggung jawab untuk membawaku ke poliklinik departemen pertanian, yang ternyata kedua bapak tsb adalah PNS disana.

Saya masih saja tetap menangis, saya bingung harus bagaimana, karena badan saya sudah cukup lemas, yang saya khawatirkan adalah saya pingsan dijalan. Saya sempat menolak untuk dibawa ke poliklinik, saya berpikir bahwa saya harus pulang ke rumah orang tua saya di jagakarsa, barulah saya minta diantar sesegera mungkin ke tukang urut. Karena setelah dilihat,alhamdulillah tidak ada luka, namun tetap saja kaki saya merasa sangat sakit. Tapi setelah dipikir lagi, baiklah kedua bapak itu mau bertanggung jawab, dengan masih menangis, saya pun mengangguk tanda setuju.

Sayang sekali gerbang mobil dan motor di pisah, saya pun bingung bagaimana harus mengikuti mobil avanza tsb. Akhirnya saya putuskan untuk menunggu di depan gerbang, karena mobil tsb pun langsung melaju bgitu saja. Saya tunggu hamper setengah jam, kedua bapak tsb tak kunjung datang. Sambil menunggu mereka, saya juga menunggu ayah dan adik saya yang sudah saya hubungi. Dengan cepat ayah dan adik saya menjemput saya dan langsung membawa saya ke tukang urut Haji Naim, tukang urut yang terkenal di Jakarta.

Lima hari telah berlalu, tadi pagi saya control kembali ke bu Ella, seorang ibu yang mengurut kaki saya, saya pikir, perbannya sudah bisa dibuka, ternyata, setelah di urut lagi, kaki saya maish terasa sakit, diperban lagilah kaki saya, sampai hari sabtu nanti. Mudah-mudahan kaki saya segera sembuh. Dan sebagai pelajaran buat saya, lain kali jika ingin bepergian menggunakan motor, saya harus memakai sepatu (terutama bila jarak yang ditempuh cukup jauh) alhamdulillah saya memakai sepatu kala itu, kedua, yang saya lupa adalah, jika orang lain merugikan saya, entah ia menabrak, dsb, saya harus segera minta nomer hpnya, kalau bisa, alamat rumahnya, untuk meminta pertanggung jawaban.

*Jika sesuatu menimpamu, janganlah engkau berkata ’seandainya aku melakukan ini dan itu, niscaya akan begini dan begitu.’

Akan tetapi katakanlah ‘Qodarullah wa maa-syaa-a fa’ala
(Allah telah mentakdirkan segalanya dan apa yang dikehendaki-Nya pasti
dilakukan-Nya).’

Karena sesungguhnya (kata) ’seandainya’ itu akan
mengawali perbuatan syaithan.”
(Shahih, riwayat Muslim dalam Shahih-nya (no. 2664))

~*Afra Afifah*~

Griya Rahmani , 28 September 2010

Iklan

Komentar»

1. dida - September 28, 2010

pake sepatu kets ka.. lebih mantap 😀

spatu boot paling mantebb 😛

2. Restaurant City Maniac - September 28, 2010

mengharukan bagi seorang bumil. Mudah2an semua segera berakhir dengan kebaikan ya….Semua terjadi dengan kehendakNya

iyah..aamiin.. btw kamu siapa ya?knp byk org ga pake nama asli :mrgreen:

3. sa - September 28, 2010

cep…cep…????tang ting tang ting tang ting tung…cep yaaa…nanti cembuh deh…
iya kakinya pake helem juga…
klo org nya ngga tanggung jwb…?! biar aku yg datengin kerumhnaya. catet fra…

wah ‘sa’ ini siapa ya?makasi ya^^

4. irmarch - September 29, 2010

Beneran Fra nggak kenapa2 tu kaki? *penasaran apa khawatir sih?* Laa ba’sa thohuurun insyaa Allooh… *ikutan ngiluuu*
Irma dulu nyaris waktu SMP. Kotak pensil Irma jatuh di belakang roda depan angkot. Trus mau ngambil aja gitu reflek. Untung gak jadi, keburu eling…
Jalanan itu tempat berbahaya kedua setelah dapur…

muhun teh..insyaAllah gpp.. insyaAllah besok perbannya udah boleh dlepas, alhamdulillah 🙂 kangen pgn naik motor lagi hehe.. iya btul..hati2 ya djalan teh irmaa 😉

irmarch - Oktober 3, 2010

Iya Uni. Hehehe… Hati-hati di dapur ya Uni Afra… *eh?*

muhun teh :mrgreen:

5. toko online - Oktober 3, 2010

Ya ampun saya turut berduka mba, pasti sangat sakit sekali ya? harus lebih berhati-hati lagi dimanapun kita berada. Semoga bisa di ambil hikmah dari peristiwa ini.

trimakasih yaa.. ^^

6. belajar bisnis internet - Oktober 4, 2010

Waduh mbak, kasihan sekali. Semoga yang melindas kaki mbak dapat diampuni dosa-dosanya. Amien..

aamiin.. ^^


Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: