jump to navigation

Lebaran Sunda vs Lebaran Betawi September 27, 2010

Posted by Afra Afifah in Lembar Kehidupan.
Tags:
trackback

Tidak seperti lebaran pada tahun-tahun sebelumnya, lebaran tahun ini, saya resmi menjalani lebaran ala urang sunda 😛 . Tentu saja, hal itu karena saya ikut berlebaran di kampung halaman suami, di Garut, Jawa Barat. Lebaran-lebaran sebelumnya, saya biasanya mengikuti ‘ritual’ lebaran ala betawi, alias gaya lebaran kluarga besar mama saya. Ternyata, lebaran betawi memang mempunyai keunikan tersendiri, tapi juga melelahkan hohoho.

Lebaran Pertama Khalid ^_^

Lebaran Betawi

Adik saya, Dida, biasa saya memanggilnya, sudah menuliskan tentang lebaran betawi di blognya. Memang  benar apa yang ditulisnya, biasanya lebaran betawi bisa sampai sebulan. Kalau idul fitri tiba, biasanya kami sekeluarga cepat-cepat mandi dan makan sebelum berangkat ke lapangan terdekat untuk shalat Ied, setelah itu salam-salaman dengan orang tua dan adik-adik. Makan ketupat, kolang-kaling (ah..saya suka sekali kolang kaling buatan nenek dan mama saya, apalagi kalau disajikan dingin-dingin), sambel krecek, semur (yang saya incer biasanya semur buatan nenek :mrgreen: karena mama biasanya membuat sambel krecek saja, yang membuat semur bagiannya nenek 😛 ), dan kue-kue ala lebaran. Setelah bersilaturahim dengan tetangga-tetangga dekat rumah, barulah kami pergi sekeluarga ke rumah nenek, untuk berkumpul dengan keluarga besar mama). Selanjutnya, kami dengan keluarga besar mama biasanya bepergian dengan menggunakan mobil ke keluarga besar mama lainnya yang pusatnya di daerah cipete, Jakarta selatan hehe. Kalau tidak sempat, ya bisa hari kedua, ketiga dan hari-hari selanjutnya. Hari kedua lebaran biasanya adalah jadwal berkumpul keluarga besar minang, alias keluarga besar papa, saya senang dengan gaya lebaran kluarga besar papa, berkumpul semua di satu tempat (biasanya rumah kakak tertua), mengadakan acara, foto-foto, silaturahim, selesai. Kalau di keluarga besar mama, meski sudah berkumpul di satu tempat dan sudah bertemu juga tentunya, “rasanya” tidak “afdhol” kalau belum saling berkunjung ke rumah masing-masing, itulah mengapa, mungkin lebaran betawi butuh waktu sampe satu bulan 😛

Lebaran Sunda

Ternyata, lebaran sunda, mirip dengan lebaran minang, atau masing-masing kluarga berbeda ya?hehe ya bisa jadi. Pagi hari saya siap-siap mandi dan makan untuk bergegas ke lapangan, eh..masjid, untuk shalat ied. Ternyata, di Garut shalat Ied biasanya diadakan di masjid kampung(meski tidak semua), ya padahal sunnahnya kan di lapangan yah hehe…

Setelah shalat, salam-salaman dengan warga kampung, dan saya pun tak luput menjadi perbincangan. “Saha ieu teh?” , bi Eneng, bibinya Aa (suami saya) pun menjawab, “ini teh istrina Aa”. “oh istrina Aa…hayuk atuh mampir ka rumah” dst dst (saya ga ngerti lagi apa yang dibicarakan dan saya juga ga ngerti kenapa panggilan “Aa” begitu melekat pada diri suami saya, sampai guru-guru, tetangga, teman main, saudara-saudaranya pun memanggilnya dengan “Aa” tanpa embel-embel “Aa Sofyan” atau nama lainnya), khutbah ied pun tentunya pake basa sunda haha, ngerti-ngerti dikit deh jadinya :mrgreen:

Selesai shalat, keluarga besar Aa dari mamah (ibunya Aa) berkumpul di rumah emak (neneknya Aa), saya pun ikut.

ayah n khalid mnuju rumah emak : )

Disana saya sudah melihat ketupat and the gank sudah tersedia di lantai hehe.

Acara pun dibuka oleh bapa mertua saya, seteah itu barulah makan-makan, ngobrol-ngobrol, bagi-bagi uang untuk anak-anak(eits, tentu saja Khalid kebagian :mrgreen: )

horeee khalid dapet uangg :mrgreen:

dan setelah acara usai, kami berkunjung ke rumah uwa Aa, serta ke tetangga dekat, barulah pulang ke rumah.

rumah ua ^_^

makan es buah dirumah ua ^^

Memang rumah bibi-bibi Aa sangat dekat dari rumah mertua saya, jadi seperti keluarga besar mamah berkumpul dalam satu kampung, jadi hanya perlu berjalan kaki untuk saling mengunjungi, tapi tidak saling mengunjungi pun tidak mengapa, karena sebelumnya sudah saling bertemu di rumah Emak, cukup ringkas.

Ya, apapun gaya lebarannya yang penting makanannya *lhoh :mrgreen: ga dink 😛

~*Afra Afifah*~

Jagakarsa, akhir September 2010

Iklan

Komentar»

1. Asop - September 28, 2010

Eh awas uang yang dipegang Khalid nanti hilang! ^__^

udah ilang diambil ayah bundanya hehehe

2. ardhia - Oktober 7, 2010

klo lebaran di riau itu mirip dengan lebaran ala betawi fra.wlopun ddh ketemu gk afdhol rasany klo tak balas mengunjungi…jd mmg gak salah klo dibilang orang melayu itu mirip dengan betawi…hehe…

oh gitu yah ^.^ jd emg tergantung daerahnya sih yaa :mrgreen:


Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: