“Boleh” vs “Dong” Februari 28, 2014
Posted by Afra Afifah in Afra Punya Opini, Lembar Kehidupan.Tags: pernikahan
trackback
Sejak menikah, saya banyak belajar dari suami saya. Alhamdulillah. Termasuk dalam pengucapan kata-kata. Salah satunya penggunaan kata “boleh” vs “dong”.
Kayak gimana tuh..? nah kayak gini contohnya.. Biasanya, terutama ke adik-adik saya yang emang ,yah..udah tau lebih dan kurangnya saya dari dulu. Bukan saya saja, tapi juga adik-adik saya pun terbiasa menggunakan kata “dong”, yang ternyata kurang enak didengar bagi suami saya yang orang sunda. Misal:
“tolong ambilin kakak jilbab dong..” . Meskipun sudah menggunakan kata “tolong” dibagian awal kalimat tapi menggunakan kata “dong” sebagai penutup, tidak pas didengar kata suami saya.
Eh iya ya? Masa sih..? perasaan biasa aja..kan udah pakai kata “tolong” . Perasaan “biasa” aja karena memang sudah menjadi kebiasaan saya bgitu pula dengan adik-adik juga sepertinya.
“Jadi mesti gimana a baiknya..?” tanyaku ke suami.
Kayak gini: misalnya sambil panggil nama salah satu adikku “Sausan, boleh kakak minta tolong diambilkan jilbab..? / “Sausan, boleh minta tolong diambilkan jilbab di kamar..?”
Lebih enak didengar kan..?
“eh iya bener juga ya..” baik, akan aku ubah.. ya meskipun terkadang masi juga pakai kata “dong” karena mungkin udah kebiasaan dari dulu >_< ya pelan-pelan dirubah.. bismillah..
Karena itu pula, saya juga jadi merasa kurang nyaman bila ada orang yang menggunakan kata “dong” dalam suatu kalimat yang kurang pas. Misal : “tolong donggg!” (berasa diminta tolong tapi maksa 😀 )
Atau:
“foto-fotonya dong!” (apalagi dikasi tanda seru, pake satu tanda seru masi mending klo udah banyak: foto-fotonya dong!!!) haysss >_<
“free ongkir dongg!!” (minta free ongkir tapi terkesan maksa) 😀
Sekali lagi, semua tergantung konteks kalimat, dan intonasi (kalau bahasa lisan) dan sikon ketika pengucapan kata tsb. Kata “dong” gak sepenuhnya buruk . Misal : “apa sih apa dong..apa sih apa dong.. pilih ubi apa singkong” #eh
~*Afra Afifah*~
Tanah Baru, Depok. Pukul 5 Pagi.
[pict by google]
ini termasuk hal positif yg perlu digalakkan.
istri saya dulu awalnya juga suka menyingkat tulisan, setelah menikah saya ajak untuk tak membuat tulisan singkat.
Seperti itulah hidup, saling melengkapi.
cieee.. mantaps laah kak 🙂
aku juga mau nih, kayak gini. pingin2.. 😀